• rss

Pernikahan Adat Bekasi, Dipengaruhi oleh Adat Betawi

arsip kula|Rabu, 22 Agustus 2012|00.16
fb tweet g+
Bekasi Selatan mengunakan budaya Sunda, Utara menggunakan Budaya Betawi, sedangkan di Tengah Netral.

Tahap Pertikahan Adat Betawi
- Nedelengin:
Adat ini sudah tidak lazim dilakukan.
Dulu, di daerah tertentu ada kebiaasn menggantungkan sepasang ikan bandeng di depan rumah seorang gadis yang ditaksir. Pekerjaan itu bisa dilakukan oleh mak comblang atas permintaan orang tua pemuda. Setelah itu mak comblang mengunjungi rumah si gadis, dan setelah melalui obrolan dengan orang tua si gadis, mak comblang kemudian memberikan uang sembe kepada di gadis. Setelah ada kecocokan, mak comblang lalu menjadi juru bicara penentuan waktu dan barang yang akan dibawa untuk melamar.

- Ngelamar:
Pihak orang tua pria menyatakan permintaan resmi pada pihak wanita, yang ditindaklanjuti dengan pemberian jawaban langsung dari pihak wanita. Acara ini biasa dilakukan pada hari Rabu.
Salah satu prasyarat untuk menikah di antaranya calon pengantin wanita harus sudah tamat membaca Alquran.
Bahan-bahan yang dipersiapkan: Sirih lamaran, Pisang raja, Roti tawar, Hadiah pelengkah.
Utusan yang melamar terdiri atar: mak cmblang, dua orang wakil keluarga ibu, dan dua orang wakil keluarga bapak.

- Bawa tanda putus:
Acara yang melambangkan jika calon wanita sudah terikat dan tidak boleh diganggu oleh pihak lain. Dilaksanakan pada hari Rabu seminggu setelah acara ngelamar.
Pada acara ini juga dibicarakan hal-hal seperti mahar yang diminta, uang yang diperlukan untuk resepsi, perangkat pakaian, pelangkah, dan berbagai hal lainnya.

- Pra-akan nikah,
Terdiri atas: masa dipiare/dipelihara oleh tukang rias, siraman, tangas tau mandi uap rempah-rempah, ngerik dan memereahkan kaukau kaki dan tangan dengan pacar.

- Akad nikah:
Mempelai pria dan keluarga mendatangi rumah mempelai wanita menggunakan andong atau delman hias. Setelah seserahan dan akad nikah selesai, pengantin pria membuka cadar pengantin wanita dan acara kebesaran dimulai. Tarian kembang lalu dipersebahkan untuk menghibur kedua pengantin.

Barang bawaan: sirih nanas lamaran, Sirih nanas hiasan, Mas kawin, Miniatur masjid yang berisi uang belanja, Sepayang roti buaya (untuk menghormati sepasang buaya putih penunggu sungai – kehadirannya kental dalam tradisi masyarakat Melayu Betawi), Kotak berornamen tempat sayur dan telur asin, Jung atau perahu Cina (melambangkan bahtera rumah tangga), Hadiah pelengkap, Kue pengantin, Kekudang/kudanghan atau barang favorit yang disukai calon penganitn wanita dari kecil hingga dewasa (kudangan juga bisa beruda suatu barang yang dijanjikan oleh orang tua wanita saat ia masih kecil, jika kelak ia mendapatkan jodoh).

Pakaian:
Penantin Wanita: Baju kurung dengan selendang sarung songket. Kepala mempelaai wanita dihiasi sanggul Sawi, kemang goyang sebanyak 5 buah, serta hiasan sepsang burung hong.
Pengantin pria: jas rebet, kain sarung plakat, hem jas, serta kopiah. Saat resepsi pengantin pria mengenakan jubah arab/baju gamis.

- Acara negor:
Setelah akad nikah, pengantin pria nginap di rumah pengantin wanita selama beberapa hari, namun belum diperkenalkan berhubungan suami-istri.
Pengantin wanita akan bersikap jual mahal dan pengantin pria akan merayu dengan mengucapkan kata-kata indah dan memberikan uang tegor (diselipkan di bawah taplak meja atau tatakan gelas)

- Pulang tige ari:
Setelah bermalam beberapa hari di rumah pengantin wanita, orang tua pengan pria gembira anaknya mendapatkan istri yang dapat menjaga kesuciaanya. Kelaurga pihak pria lalu mengrimkan bahan-bahan pembaut lakes penganten kepada keluarga wanita.

Sumber: Pikiran Rakyat