• rss

Harun Arrasyid Dipermalukan

arsip kula|Minggu, 05 Agustus 2012|14.35
fb tweet g+
(Oleh: Habib Syarief Muhammad Al’aydrus, Ketua Umum Yayasan Assalaam, Mantan Ketua PWNU Jawa Barat, Mantan anggota MPR RI.** /Pikiran Rakyat)

HARUN Arrasyid raja yang terkenal bijaksana dan sangat populis (dekat dengan rakyat kecil). Ia termasuk raja-raja dari keturunan Bani Abbas (Abbasiyah) yang pernah berkuasa di Bagdad, Irak, sebelum kerajaan itu dihancurkan oleh Hulago yang pemimpin tentara Tartar Mongolia.

Pada suatu hari, baginda mengadakan perjalanan ke pelosok negeri untuk meninjau, kegiatan yang ia lakukan setiap bulan. Syahdan, bertemulah rombongan raja dengan seorang lelaki biasa. Kelak diketahui lelaki itu bernama Abdul Aziz.

Begitu bertemu, Abdul Aziz – tanpa tedeng aling-aling – segera menasihati sang raja. Tentu saja Harun Arrasyud murka, apabila ia tengah bersama para pengawal. Rupanya sang raja merasa dipermalukan. Wajahnya merah padam dibuat lelaki itu.

Pada saat bersamaan, keledai tunggangan salah seorang pengawaal tiba-tiba susah diatur. Bila ditunggangi, acap kali ia menyepak siapa saja yang mendekatinya. Sang raja seperti menemukan ilham. Ia pun memerintahkan para pengawalnya untuk membelenggu abdul Aziz bersama keledai nakal itu. Sang raja membayangkan Abdul Aziz bakal disepak keledai hingga sekarat.

Para pengawal pun segera melaksanakan titah baginda. Setelah melaksanakan tugas, mereka pun mundur untuk menyaksikan reaksi hewan itu sekaligus akhir dari kelancangan Abdul Aziz. Mereka berkata kepada Abdul Aziz, “Rasakan siksaan ini!”

Alih-alih menyepak, keledai itu ternyata diam saja lalu menjilati tubuh Abdul Aziz seolah-olah menyatakan kesetiaannya. Aneh! Para pengawal pun jengkel dibuatnya, Harun Arrasyid pun bertambah murka.
**

SEJURUS kemudian, sang raja memutuskan untuk menjebloskan Abdul Aziz ke dalam penjara dengan pintu yang dipaku. Ia tak diberi makan dan minuman agar mati secara perlahan-lahan.

Para pengawal pun bergegas bertindak. Anehnya, pada keesokan hari, Abdul Aziz terlihat berjalan-jalan di taman kerajaan dengan tubuh tanpa cedera sedikit pun. Ketika dilihat, ternyata pintu penjara tetap seperti semula, terpaku rapat dan tidak ada satu lubang pun sebagai jalan keluar.

Giliran sang raja yang kehabisan akal. Ia memerintah pengawal untuk menangkap Abdul Aziz. Lelaki itu diintrogasi. “Siapa yang mengeluarkanmu dari penjara?” kata Harun Arrasyid dengan nada tinggi, mukanya merah padam.

Dengan santai, Abdul Aziz berkata, “Wahai Baginda, yang mengeluarkan saya adalah Dia yang memasukkan saya ke dalam taman kerajaan”.

Merasa penasaran dengan jawaban itu, sang raja kembali bertanya, “Siapa yang memasukkan kamu ke dalam taman kerajaan?”

“Oh, yang memasukkan saya ke dalam taman, tiada lain Dia yang telah mengeluarkan saya dari penjara!”

Walaupun beroleh jawaban yang mempermainkannya, Harun Arrasyid malah “bertekuk lutut” di hdapan Abdul Aziz. Sang raja menyesal dan meminta maaf atas segala tindakan yang pernah dilakukannya. Ia memanggil seorang pengawal lalu memintanya pergi ke khalayak ramai sambil berteriak-teriak, :Wahai seluruh rakyat negeri ! Ketahuilan bahwa Baginda Raja Harun Arrasyid bermaksud menghina orang yang sangat dimuliakan Allah, tetapi Baginda ternyata tidak mampu!”

Sementara itu, Abdul Aziz dilepaskan dan malah diberi hadiah uang dinar yang cukup banyak. Sesampai di rumah, Abdul Aziz menyedekahkan semua uang itu kepada fakir miskin.