(Oleh: Hj. NUNUNG KARWATI, ustazah./”Pikiran Rakyat”)
TSUMAMAH bin Itsal merupakan musyrikin dari Kabilah alyamamah di Mekkah. Dia sombong dan ingin selalu dipuji karena keberaniaanya. Suatu ahri, dia sitantang oleh kaumnya. “Wahai Tsumamah, bila engkau memang pemberani, mengapa tidak pergi saja ke Madinah dan membunuh Muhammad?”
Tsumamah terpancing emosi. Karena tak ingin kehilangan muka, ia pun segera mengemasi perlengkapan dan senjatanya untuk pergi ke Madinah.
Tiba di Madinah, tsumamah kembali menunjukkan kesombongannya. Ia berteriak-teriak mencari majils nabi (tempat nabi berkumpul atau duduk-pen).teriakan tak sopan itu didengar oleh Umar bin Khaththab. Sang Asadullah pun segera menemui Tsumamah lalu bertanya, “Apa tujuan kedatanganmu ke Madinah?”
“Aku datang ke negeri ini hanya untuk membunuh Muhammad!”
Tanpa banyak cakap, Umar segera membekuk orang musyrik itu. Setelah merampas senjata dan menelikungnya, Umar menggelandang Tsumamah ke masjid. Tsumamah tak mampu melawan. Sesampainya di masjid, tubuh Tsumamah diikatkan di salah satu tiang masjid. Setelah itu, Umar melapor kepada rasulullah.
Rasulullah segera menemui Tsumamah, mengamati wajahnya, lalu berkata kepada para sahabat, “Apakah ada di antara kalian yang sudah memberinya makan?”
Rasulullah mengucapkan kalimat itu dengan lemah lembut. Para sahabat tentu saja kaget, trutama Umar. Padahal, sejak tadi, ia menunggu perintah Rasul untuk membunuh Tsumamah. “Makanan apa yang anda maksud, wahai Rasulullah? Orang ini datang ke sini ingin membunuh anda, bukan ingin masuk Islam,” kata Umar.
Namun, Rasulullah tak menghiraukan sanggahan Umar. Beliau berkata, “Tolong ambilkan segelas susu dari rumahku dan buka tali pengikat orang itu”, sebagai sahabat yang patuh, Umar menuruti perintah Rasulullah.
Setelah memberi minum Tsumamah, dengan sopan Rasulullah memintanya mengucapkan kalimat tauhid laa ilaaha illa-llaah. Namun Tsumamah menjawab dengan ketus, “Aku tidak akan mengucapkannya!”
Rasulullah membujuk lagi, tetapi Tsumamah tetap pada pendiriaannya. Para sahabat yang turut menyaksikan tentu saja menjadi geram. Meskipun demikian, lagi-lagi, Rasulullah membuat keputusan janggal. Beliau malah membebaskan tsumamah lalu menyuruhnya pergi.
Tsumamah bangkit dan segera berlalu. Akan tetapi, belumlah jauh melangkah, Tsumamah kembali menemui Rasulullah dengan wajah ramah berseri-seri. Ia berkata, “YA Rasulullah, Aku bersaksi tiada ilah, kecuali Allah, dan Muhammad Rasul Allah”.
Rasulullah tersenyum lalu bertanya, “Mengapa engkau tidak mengucapkannya ketika aku memerintahmu?” Tsumamah menjawab, “Aku tidak mengucapkannya ketika masih belum kau bebaskan karena khawatir ada yang menggangap akan masuk Islam karena takut kepadamu. Namun, setelah engkau bebaskan, aku masuk Islam semata-mata karena mengharap keridaan Allah.”
Sebelum pulang, Tsumamah berkata, “Ketika memasuki Madinah, tiada yang lebih ku benci dari Muhammad. Akan tetapi, setelah aku meninggalkan kota itu, tiada seorang pun di muka bumi yang kucintai, kecuali Muhammad Rasulullah. (dinulik dari “Mukhtashar Hayatu-Shshahaabat”)**
Kisah Tsumamah yang Hendak Membunuh Rasul
pepep [saukur dogdong pangrewong]
neundeun
judul : Kisah Tsumamah yang Hendak Membunuh Rasul
url : http://archive69blog.blogspot.com/2012/08/kisah-tsumamah-yang-hendak-membunuh.html
neundeun
judul : Kisah Tsumamah yang Hendak Membunuh Rasul
url : http://archive69blog.blogspot.com/2012/08/kisah-tsumamah-yang-hendak-membunuh.html