• rss

Kisah Alqamah yang Sekarat

arsip kula|Rabu, 01 Agustus 2012|23.50
fb tweet g+
(Oleh: Yati Nurhayati, Pikiran Rakyat)

ALQAMAH mengeluh dengan napas berat. Penyakit yang ia derita membuatnya merasa kepayahan. Karena khawatir jangan-jangan ajal sang suami hampir tiba, istri Alqamah segera memanggil Rasulullah. Mendengar berita itu, Rasul segera mengutus Bilal, Salman, dan Ammar.

Sesampainya di rumah Alqamah, mereka langsung menuntun Alqamah agar mengucapkan syahadat. Akan tetapi, mulut Alqamah bagai terkunci. Betapa herannya para sahabat melihat Alqamah yang rajin ibadah tak sanggup mengucapkan kalimat tauhid. Bilal pun segera beranjak memberitahukan hal itu pada Rasul.

“Apakah ia masih mempunyai ayah dan ibu?” Rasulullah bertanya kepada Bilal.

“Ayahnya telah meninggal, sedangkan ibunya masih hidup tetapi sudah sangat tua”.

Rasul pun menyuruh Bilal menjemput ibu alqmah. “Katakan padanya. ‘Jika dapat berjalan, pergilah ke Rasulullah. Jika tidak, Rasul yang akan menemuinya’,” Rasul berpesan.
**

SINGKAT cerita, tibalah Bilal ke kediaman perempuan renta itu dan segera menyampaikan pesan Rasulullah. “saya yang lebih layak mendatanginya,” Kata perempuan tersebut. Dengan bantuan tongkat, ia berjalan keluar rumah dengan terseok-seok untuk menemui Rasulullah.

Sesampainya di depan Rasul, ia memberi salam lalu duduk. Rasul bertanya, “Ceritakan kepadaku hal sebenarnya tentang keadaan Alqamah. Jika engkau berdusta, niscaya akan turun wahyu yang memberitakan kedustaan itu”.

“Ia rajin salat, puasa, dan bersedekah sebanyak-banyaknya hingga tak terhitung lagi jumlahnya”.

“Lalu bagaimana hubunganmu dengannya?” Rasul bertanya.

“Ia lebih mengutamakan istrinya. Ia menurut kepada istrinya, tetapi menentangku,” kata perempuan itu.

Rasulullah tercenung dan segera menyadari bahwa murka sang ibulah yang menyebabkan Alqamah tak mampu mengucapkan kalimat tauhid pada saat sakaratul maut. Karena sang ibu tak kunjung rida kepada Alqamah, Rasulullah menyuruh Bilal mengumpulkan kayu bakar. Beliau berniat membakar tubuh Alqamah yang sedang sekarat. Tentu saja ibu Alqamah terkejut bukan main. “Ya Rasulullah, putraku, buah hatiiku akankah kau bakar di depan mataku?” ia bertanya dan menunjukkan kesedihan.

“Wahai ibu Alqamah, siksa Allah lebih berat dan kekal. Oleh karena itu, jika engkau menghendaki agar Allah mengampuni dosa anakmu, relakanlah dia. Demi Allah yang jiwaku ada dalam kekuasaan-Nya, tidak akan berguna salat, puasa, dan sedekahnya selama engkau masih murka kepadanya”, kata Rasulullah.

Ibu Alqamah mengangkat kedua tangannya lalu berkata. “Ya Rasulullah, saya persaksikan kepada Allah di langit, engkau ya Rasulullah, dan siapa yang hadir di tempat ini bahwa saya telah rida kepada Alqamah.

Rasul menyuruh Bilal untuk melihat keadaan Alqamah. Belumlah ia sempat masuk, Bilal mendengar Alqamah mengucapkan syahadat. Bilal pun masuk lalu berkata, “Hai sekalian manusia, sesungguhnya murka ibu yang telah menutup lidah Alqamah sehingga ia tak bisa mengucapkan syahadat. Kini, lidahnya telah bebas”.

Tak lama kemudian, Alqamah meninggal dunia.