Sejarah Museum Prabu Geusan Ulun

museum prabu geusan ulun
Awal berdirinya Museum Prabu Geusan Ulun, diawali berdirinya “Yayasan Pangeran Aria Soeria Atmadja (YAPASA)”, yayasan yang mengurus, memelihara dan mengelola barang – barang wakaf Pangeran Aria Soeria Atmadja Bupati Sumedang 1882 – 1919. Untuk melestarikan benda – benda wakaf tersebut YAPASA merencanakan untuk mendirikan Museum. Pada tahun 1973 YAPASA berubah nama menjadi Yayasan Pangeran Sumedang (YPS) dan didirikan sebuah Museum yang bernama Museum Yayasan Pangeran Sumedang yang pada mulanya dibuka hanya untuk di lingkungan para wargi keturunan dan seketurunan Leluhur Pangeran Sumedang.

Pada tanggal 7 – 13 Maret 1974 di Sumedang diadakan Seminar Sejarah Jawa Barat yang dihadiri oleh para ahli-ahli sejarah Jawa Barat. Pada kesempatan yang baik itu Sesepuh YPS dan Sesepuh Wargi Sumedang mengusulkan untuk mengganti nama Museum YPS. Dan salah satu hasil dari Seminar Sejarah Jawa Barat tersebut dapat diputuskan dan ditetapkan untuk memberi nama Museum YPS, diambil dari nama seorang tokoh yang karismatik yaitu Raja pertama dan terakhir Kerajaan Sumedanglarang yang bernama “Prabu Geusan Ulun”. Maka pada tanggal 13 Maret 1974 Museum YPS diberi nama menjadi Museum “Prabu Geusan Ulun” –YPS.

Gedung pertama yang dipakai sebagai Museum adalah Gedung Gendeng

Pada tanggal 7 – 13 Maret 1974 di Sumedang diadakan Seminar Sejarah Jawa Barat yang dihadiri oleh para ahli-ahli sejarah Jawa Barat. Pada kesempatan yang baik itu Sesepuh YPS dan Sesepuh Wargi Sumedang mengusulkan untuk memberi nama Museum YPS yang disampaikan pada forum Seminar Sejarah Jawa Barat. Dan salah satu hasil dari Seminar Sejarah Jawa Barat tersebut dapat diputuskan dan ditetapkan untuk memberi nama Museum YPS, diambil dari nama seorang tokoh yang karismatik yaitu Raja pertama dan terakhir Kerajaan Sumedanglarang yang bernama “Prabu Geusan Ulun”. Maka pada tanggal 13 Maret 1974 Museum YPS diberi nama menjadi Museum “Prabu Geusan Ulun”

Dextromethorphan (DMP)

dextro
Deskripsi:
Dextronethorphan (DMP) adalah bahan aktif dalam obat batuk “over the counyer” (OYC), atau dapat dibeli secara bebas tanpa resep di toko obat. Penggunaan obat batuk jenis ini telah disetujui pada 1958. dalam obat batuk, DMP biasanya merupakan kombinasi dengan jenis obat lainnya seperti parasetamol (antinyeri, antidemam), CTM (antihistamin), psuedoefedrin/fenillipropanolamin (dekongestan), atau guafenesin (eskipektoran).

Bahan lain (Dextrophan)
Dextrometorfan mengalami metabolisme di hepar oleh enzim sitokrom P-450 dan diubah menjadi dextrophan yang mempunyai derivate lebih aktif dan poten sebagai antagonis NMDA.

Bentuk kimia
3 methoxy 17 methyl morpinan monohydrate.
Dextromethophan merupakan d-isomer dari levophenol, analog dari kodein dan analgesic opiolid.
Struktur kimia dari Dextromethoephan adalah C18H25NO.HBr.H2) dengan berat molekul: 370,3

Manfaat menekan batuk (antitusif) dan penurun demam. Dextromethorphan bekerja dengan cara menaikan ambang batas rangsang batuk. Hal ini berarti Dextromethorphan bekerja pada otak dan bukan pada saluran pernapasan seperti beberapa jenis obat batuk lainnya.

Bentuk
Dalam bentuk murninya dextromethorphan tidak berbau dan berbentuk serbuk kristal dengan warna putih kekuning-kuningan. Namun dalam bentuk kemasan dapat berupa tablet, kapsul, powder, atau sirup.

Dosis yang dianjurkan sebagai obat batuk:
15mg – 30mg yang diminum 3 kali sehari.

Efek overdosis
Komsumsi 100-200mg : stimulasi ringan ringan
komsumsi 200-400mg : euphoria dan halusinasi
Komsumsi 300-600mg : gangguan penglihatan dan hilangnya koordinasi gerak tubuh.
Komsumsi 500-1500mg : sedasi sisosiatif (perasaan bahwa jiwa dan raga berpisah)

Efek overdosis pada tubuh
Bicara kacau, gangguan berjalan, gampang tersinggung, berkeringat, dan bola mata berputar-putar (ristagmus). Komplikasi yang timbul dapat berupa peningkatan takanan darah karena keracunan pseudoefedrin, kerusakan hati karena keracunan peasetamol, gangguan saraf dan sistem kardiovaskuler akibat keracuanan CTM, alkohol atau narkotika lain yang telah bersama DMP dapat meningkatkan efek karacunan dan bahkan menimbulkan kematian. (Sumber: PIKIRAN RAKYAT)