(foto: Pikiran Rakyat) |
MENJALANKAN ibadah puasa di bulan Ramadan yang mengharuskan untuk tidak makan, minum, termasuk melakukan perbuatan lain yang bisa membatalkan puasa dari terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari sangatlah bermanfaat dalam menjaga kesehatan, baik jasmani maupun rohani. Salah satu manfaat berpuasa bagi tubuh adalah untuk menjaga kesehatan jantung.
Keuntungan ini didapatkan melalui pengendalian berbagai faktor risiko utama dari jantung, seperti tekanan darah tinggi, merokok, dan hiperkolesterolemia (kadar kolesteroil tinggi). Dengan puasa tentunya dapat mencegah penyakit yang timbul akibat dari pola makan yang berlebihan. Sebab, kelebihan asupan gizi (overnutrisi) dari makanan belum tentu baik untuk kesehatan seseorang. Kelebihan gizi bisa mengakibatkan kegemukan yang dapat menimbulkan penyakit degeneratif, seperti: kolewsterol dan trigleserida tinggi, diabetes, jantung koroner dan lain sebagainya.
Menurut penelitian dari Internaouantain Heart Institute dilaporkan bahwa puasa tidaklah hanya menurunkan risiko seseorang dari penyakit arteri koroner dan diabetes, tetapi lebih jauh bisa menghasilkan perubahan yang cukup signifikan pada kadar kolesterol. Tak bisa dipungkiri bahwasanya selama ini penyakit diabetes serta memiliki kolesterol tinggi dikenal sebagai salah satu faktor dario penyakit jantung koroner. Saat ini penyakit jantung koroner masih menajdi penyebab utama kamtian.
Menurut Dr Benjamin d Horne, PhD, MPH, bahwa saat orang menjalankan puasa akan terjadi reaksi metabolisme dalam tubuh. Puasa menyebabkan tubuh merasa kelaparan dan stress sebagai respons maka tubuh pun akan melepaskan lebih banyak kolesterol yang memungkinkan menggunakan lemak sebagai sumber bahan bakar dan bukan glukosa. Kondisi ini akan mengurangi jumlah sel-sel lemak dalam tubuh. Hal ini penting karena sel-sel lemak yang lebih sedikit didalam tubuh akan memperkecil kemungkinan mengalami restensi insulin atau diabetes.
Selain itu, selama menjalankan ibadah puasa kita pun perlu menjaga kesehatan mulut. Saat berpuasa, produksi air liur dalam mulut dan dalam saluran percernaan berkurang sehingga menjadi lebih kering. Akibatnya, bisa timbul “hilitosis” (bau mulut). Bau mulut juga bisa disebabkan penyakit sistemis, sperti; liver, lambung, saluran pernapasan serta ginjal akut. Sementara penyakit gigi dan mulut penyebab timbulnya napas tak segar, diantaranya; gigi berlubang, radang gusi, gingtivis karena karang gigi, perioontitis, dan lain sebagainya.
Sebuah penelitian menyebutkan bakteri Streptococcus gordonni yang hidup pada permukaan gigi, ternyata disinyalir tidaklah hanya memicu terjadinya kerusakan gigi, tetapi bisa menimbulkan beberapa penyakit serius, termasuk jantung.
Disebutkan bahwa saat bersinggungan dengan darah, bakteri irni mengakibatkan terjadinya pembekuan an memprovokasi pengembangan jantung serius, seperti peradangan jantung. Dilansir dari Genius beauty, para peneliti dari Royal College of Surgeon, Irlandia dan university of Brisbol, Inggris telah menemukan bahwa bakteri Streptococcus gordonni dapat menghasilkan molekul. Hal ini yang kemudian memungkinkan bakteri ini meniru fibrinogen protein manusia.
Pada akhirnya, sel yang terlibat dalam pembekuan darak diaktifkan hingga menyebabakan akumulasi baktreri dalam pembuluh darah. Gumpalan darah tersebut menguntungkan bakteri untuk meindunginya dari sistem kekebalan tubuh, serta obat antibiotik yang digunakan untuk melawan infeksio.
Selain itu, bakteri Streptococcus gordonni memunculkan akumulasi trombosit yang bisa menyebabkan penumpukan pada katup jantung yang bisa memicu peradangan jantung atau pembuluh darah yang telah mnyumbat darah dari jantung ke otak.
Penyakit jantung yang merupakan penyakit kardiovaskular dengan menjalankan puasa hal ini akan berpengaruh sangat baik bagi kesehatan. Dengan berpuasa sama halnya dengan melakukan diet lebih baik dan bisa mengistirahatkan organ saluran cerna dari kemampuan bekerja lebih berat. Berpuasa akan membatasi penderita yang harus berdiet untuk mengurangi konsumsi makanan dan minuman yang merupakan kontradiksi penyakitnya. Apalagi pada saat menjalankan ibadah puasa, makan dan minuman yang dikonsumsi cenderung mengandung zat gizi atau nutrisi yang lebih sempurna, baik dari karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air.
Dengan berpuasa selam kurang lebih 12 jam di bulan Ramadan, kadar natrium tubuh akan menurun dan tentunya akan menurunkan pula tekanan dari seseorang. Hal ini sangat baik bagi mereka yang memiliki tekan darah tinggi/hipertensi. Pengontrolan hipertensi melalui diet makanan, pengaturan berat badan, olahrga, pengendalian alkohol dan merokok, serta mengurangi stress atau emosi memang dapat dillakukan di bulan yang suci ini.
Menjalankan ibadah puasa secara otomatis memiliki efek dalam menurunkan berat badan, mengurangi komsumsi rokok serta makanan sehari-hari. Selain itu, Ramadan akan memacu orang dalam meningkatkan ibadah mereka di mana ibadah tersebut berarti peningkatan aktivitas fisik atau olahraga. Puasa akan dapat berdampak pada menurunan kadar LDL dan meningkatkan kadar HDL yang berfungsi sebagai pelindung jantung. Selamat berpuasa. ****
Penulis: Pemerhati masalah kesehatan, bekerja di lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi.
Sumber: Pikiran rakyat