• rss

Kita Hidup di Cincin Api!

arsip kula|Rabu, 17 November 2010|00.16
fb tweet g+
Kerawanan Bencana Indonesia Sangat Tinggi

Wilayah Indonesia telah lama dikenal sebagai rawan terhadap bencana gempa dan juga letusan gunung berapi. Tidak heran memang, karena Indonesia berada di zona cincin api atau ring of fire yang didalamnya berderet gugusan gunung berapi dan juga lempeng yang sangat aktif.

Setidaknya, ada empat lempeng tektonik bumi aktif yang berada di wilayah nusantara. Lempeng Lautan Hindia dan Australia, yang bergerak ke utara sekitar 50-70 mm/tahun dan menunjam di bawah palung laut dalam Sumatra-Jawa sampai ke barat Pulau Timor di Nusa Tenggara Timur. Kemudian di sepanjang tepian Lempeng kepulauan dari Pulau Timor ke arah timur dan terus memutar menuju wilayah perairan Maluku. Terakhir, Lempeng Benua Australia yang menabrak dengan kecepatan -70 mm/tahun.

Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dan Pakar Gempa Danny Hilman Natawijaya mengatakan, banyaknya kejadian gempa bumi serta aktifnya sejumlah gunung berapi akhir-akhir ini, menandakan semakin aktifnya pergerakan di kawasan cincin api ini. Ditandai dengan gempa besar berkekuatan 7.7 pada skala Richter di barat daya Pulau Pagai Selatan, Kabupaten Mentawai, Provinsi Sumatra Barat, meletusnya Gunung Merapi, selain juga aktifnya sejumlah gunung berapi lainnya di wilayah Indonesia.

Bahkan, gempa di Mentawai sama sekali tindak mengurangi potensi gempa besar Mentawai, yang diprediksi mempunyai akumulasi tekanan bumi sampai 8,8 pada RS. Kalau dilihat dari sepuluh tahun terakhir bisa dikatakan cincin api ini sedang aktif. Walaupun sebenarnya cincin api ini selalu bergerak setiap saat.

Indonesia memiliki tingkat kerawanan yang sangat tinggi setara dengan Jepang, Taiwan, dan Amerika. Bahkan bisa dikatakan lebih rawan karena infrastruktur Indonesia masaih sangat kurang, dibading dengan negara lain.
Di Indonesia kejadian gempa bumi besar dan merusak umumnya terjadi pada wilayah batas tiga lempeng besar dan jalur patahan aktif utama, yang terbentuk dibagian interior lempeng kepulauan Indonesia.. sebagian patahan aktif, berada di daratan yang dekat dengan populasi penduduk dan sebagian lagi berada di bawah laut sehingga berpotensi tsunami.

Kecuali di wilayah Sumatra, data patahan aktif sumber gempa bumi baik pada zona batas lempeng-lempeng besar maupun di depan interior lempeng sangat terbatas. Seperti di Sumatra,di Jawa pun sumber patahan gempanya ada yang didaratan dan juga di bawah lautan di selatan Jawa, yaitu sumber gempa bumi dari sistem patahan batas lempeng dari zona subduksi Jawa.

Berdasarkan pemetaan pendahuhuluan regional yang sudah dilakukan, di daratan Jawa terdapat cukup banyak jalur patahan aktif yang berpotensi menghasilkan gempa merusak. Patahan aktif yang sudah cukup dikenal umum adalah Patahan Cimandiri-Lembang dan Patahan Baribis. Meskipun demikian, potensi bencananya belum banyak dipelajari dan mendapat perhatian serius.

Patahan aktif lainnya yang sudah teridentifikasi diantaranya adalah patahan-patahan di sebelah timur Gunung Muria, dimana akan dibangun reaktor nuklir pembangkit listrik. Kemudian di Jawa Timur terdapat jalur lipatan Kendeng yang aktif pada zaman kuarter dan mungkin masih akri sampai sekrang. Semburan lumpur di Porong yang banyak memakan korban, lokasinya berada di ujung timur jalur lipatan ini.

Selain peta patahan aktif, laporan-laporan kuno dan catatan sejarah gempa bumi di daratan Pulau Jawa sejak pertengahan abad 19 juga menunjukan sudah banyak terjadi gempa-gempa meruasak di masa lalu. Dari laporan kerusakan atau intensitas gempa-gempa tersebut yang wilayah kerusakannya lokal dapat disimpulkan bahwa sumber gempanya adlah patahan-patahan aktif yang berdekatan dengan wilayah kerusakannya. Bukan berasal dari gempa besar Zona Subduksi yang jauh di bawah lautan di Selatan Jawa.

Dari rekaman seismik dalam kurung waktu empat puluh tahun terakhir belum pernah terjadi gempa dangkal yang berkekuatan skala magnitudo 7 atau lebih. Meskipun demikian, dari rekaman seismik yang pendek ini belum dapat disumpulkan bahwa patahan-patahan aktif di Jawa tidak ada yang berpotensi untuk mengeluarkan gempa dengan kekuatan sampai magnitudo 7 atau lebih.

Dari aspek tenaga tektonik, bagian Indonesai Timur mempunyai potensi ancaman-ancaman bencana gempa bumi dua kali lipat dibandingkan dengan yang bagian barat.namun, dari aspek kerentanan, bagian barat Indonesia (Sumatra dan Jawa) lebih rentan terhadap bencana gempa bumi, karena populasi penduduknya lebih padat dan infrastrukturnya sudah lebih berkembang.

Secara umum dapat dikatkan bahwa potensi ancaman gempa di daratan Pulau Jawa memang lebih kecil dibandingkan dengan di daratan Sumatra. Meskipun demikian, karena populasi di Jawa lebih padat dibandingkan Sumatra juga infrastruktur dan kota-kota besar sudah lebih berkembang di Jawa, maka risiko bencananya belum tentu lebih kecil dari wilayah di sepanjang Patahan Sumatra. (Nuryani/”PR”)