• rss

Saung Angklung Udjo

arsip kula|Kamis, 19 Juni 2014|01.16
fb tweet g+
UDJO Ngalagena adalah seorang seniman asal Jawa Barat yang mendirikan Saung Angklung Udjo. Sejak kecil, almarhum Udjo sudah memperlihatkan bakatnya dalam dunia seni budaya, terutama dalam alat musik tradisional angklung. Ia juga mewariskan bakatnya ini kepada anak-anaknya.

Saung Angklung Udjo
Illistrasi: Fian/*PR*
Lokasi : Jalan Padasuka 118, Kota Bandung
Berdiri: 1966
Waktu pertunjukan reguler: Setiap hari pukul 15.30-17.00
Paket kunjungan Saung Angklung Udjo: 1. Pertunjukan Bambu dan Kesenian Sunda
2. Program Setengah Hari di Saung Angklung Udjo
3. Workshop Angklung
Setiap sore, Udjo mengajarkan kesepuluh anaknya bermain angklung di halaman rumahnya di jalan Padasuka, Bandung. Di luar dugaan, permainan angklung yang kerap dilakukan Udjo bersama anak-anaknya ini ternyata menarik perhatian banyak orang yang melihatnya. Permainan angklung mereka pun bahkan tersiar hingga ke luar negeri. Wisatawan asing pertama yang datang ke kediaman Udjo untuk melihat permainannya secara langsung itu berasal dari Prancis.

Melihat antusiasme orang-orang yang menonton serta kecintaan Udjo pada seni dan budaya, akhirnya Udjo bersama istrinya, Uum Sumiati, mendirikan sanggar kesenian yang kini dikenal dengan Saung Angklung Udjo. Sejak sanggar ini didirikan pada 1966, jumlah pengunjung, baik lokal maupun mancanegara yang datang ke Saung Angklung Udjo terus mengalami peningkatan. Permainan yang ditampilkan semakin beragam. Wisatawan pun mulai banyak yang tertarik belajar angklung di Saung Angklung Udjo. Tak jarang, Saung Angklung Udjo juga dipanggil ke luar negeri untuk menunjukkan kebolehannya di sana.

Pada 3 Mei 2001, Udjo menghembuskan napas terakhirnya. Langkah Udjo dalam melestarikan dan mengembangkan budaya Sunda lewat Saung Angklung Udjo pun dilanjutkan oleh anak-anaknya hingga sekarang. Berkat kekompakan anak-anaknya, Saung Angklung Udjo semakin berkembang. Awalnya, saung seukuran 100 meter persegi yang dulu dibuat Udjo untuk pertunjukan di rumahnya, berubah menjadi Bale Karesmen yang kini bisa menampung hingga 2.000 penonton sekaligus.

Dihalaman samping kanan terdapat panggung terbuka untuk para penonton dalam jumlah terbatas. Di halaman belakang terdapat bengkel kerja pembuatan angklung. Bengkel kerja ini melibatkan sampai 400 pembuat angklung setiap harinya. Pada bagian pintu masuk pun terdapat berbagai macam cendera mata yang dapat dibeli oleh pengunjung. Sementara itu, pada halaman depannya terdapat tempat makan juga tempat menginap untuk para tamu atau orang-orang yang sedang belajar angklung di sini.

Sejak dulu hingga sekarang, daya tarik Saung Angklung Udjo tak pernah padam. Bahkan, setiap harinya Saung Angklung Udjo menyediakan paket pertunjukan bambu dan kesenian Sunda dalam empat sesi pementasan. Kini, Saung Angklung Udjo menjadi salah satu objek wisata budaya di Bandung yang menghadirkan pertunjukan kesenian sekaligus sebagai pusat kerajinan bambu dan workshop alat musik bambu.

Sumber: Mayang Ayu Lestari/Periset *Pikiran Rakyat** Minggu, 13 April 2014