• rss

Sajak Burung-burung Kondor :: WS RENDRA

arsip kula|Kamis, 19 Desember 2013|01.07
fb tweet g+
Angin gunung turun merembes ke hutan
lalu bertiup di atas permukaan kali yang luas
dan akhirnya berumah di daun-daun tembakau

Kemudian hatinya pilu
melihat jejak-jejak sedih para tani buruh
yang terpacak di atas tanah gembur
namun tidak memberi kemakmuran bagi penduduknya

Para petani buruh bekerja,
berumah di gubug-gubug tanpa jendela
menanam bibit di tanah yang subur
memanen hasil yang berlimpah dan makmur
namun hidup mereka sendiri sengsara.
Mereka memanen untuk tuan tanah
yang mempunyai istana indah
Keringat mereka menjelma menjadi emas
yang diambil oleh cukong-cukong pabrik cerutu di Eropa
Dan bila mereka menuntut perataan pendapatan
para ahli ekonomi membetulkan letak dasi
dan menjawab dengan mengirim kondom

Penderitaan mengalir
dari parit-parit wajah rakyatku.
Dari pagi sampai sore
rakyat negeriku bergerak dengan lunglai
menggapai-gapai
menoleh ke kiri, menoleh ke kanan
di dalam usaha tak menentu
Di hari senja mereka menjadi onggokan sampah
dan di malam hari mereka terpelanting ke lantai
dan sukmanya berubah menjadi burung kondor

Beribu-ribu burung kondor,
berjuta-juta burung kondor,
bergerak menuju ke gunung tinggi,
dan disana mendapat hiburan dari sepi.
Karena hanya sepi
mampu menghisap dendam dan sakit hati

Burung-burung kondor menjerit.
Di dalam marah menjerit
tersingkir ke tempat-tempat yang sepi
Burung-burung kondor menjerit
di batu-batu gunung menjerit
bergema di tempat-tempat yang sepi

Berjuta-juta burung kondor
mencakar batu-batu,
mematuki batu-batu
mematuki udara,
dan di kota orang-orang bersiap menembaknya.

--Rendra

Sumber: Kumpulan Puisi & Sajak Bersama Rendra (kaset album 1998)