• rss

Nyai Dasimah :: WS RENDRA

arsip kula|Minggu, 01 Desember 2013|01.30
fb tweet g+
Nyai Dasimah, yang lebat rambutnya
sudah lama tidak berjumpa
kini kulihat
tetap saja kamu jelita

Menggeleng-gelengkan kepala
dibawah lampu jalan,
kamu mengadu kepadaku
ya ya ya keadaan sudah berubah
tentu saja
pabrik-pabrik didirikan di desa
orang desa menjual tanahnya
pergi ke kota menjadi jadi gelandangan
ya ya ya keadaan sudah berubah
bendungan yang didirikan
ditumbuhi enceng gondok
pengairan malah berkurang
dan tenaga listriknya
hanya mampu dibeli oleh modal asing

Nyai Dasimah yang lentik bulu matanya
sudah lama tidak berjumpa
kini ku lihat
lesung pipitnya tetap sempurna

Dunia berubah ia terbata-bata
tetapi cuma sementara
ketika pabrik batik gulung tikar
dan wanita-wanita pembatik berkeluyuran di jalan
di waktu malam
dengan cepat ia membuka kedai makan
ia judes terhadap langganan yang berhutang
ia bekerja siang dan malam

Nyai Dasimah bibirnya merah kesumba
sudah lama tidak berjumpa
kini ku lihat
ia tetap cantik dan perkasa
ia tak pernah ragu-ragu
kadang-kadang menangis juga
tetapi cuma sedikit
air matanya
anaknya yang tamat SMA
tak dapat kerja
cepat-cepat ia seret ke pasar
ia suruh berdagang saja
dunia berubah
ya .....senantiasa akan berubah
tentu saja
tapi Dasimah tetap Dasimah
Ia melenggang satu dua
dan dunia
terkesima oleh pantatnya

Dasimah wahai Dasimah
uangmu kamu hitung, uangmu kamu simpan
semangatmu memandang ke depan
uang itu gaib katamu
mungkin
sebab nyatanya
diburu bagai bayangan
dihayati ia menjadi kenyataan

Nyai Dasimah menggeliatkan tubuhnya
sudah lama tak berjumpa
kini ketemu ia minta pijitan

Ayolah Nyai mari ke mari
kebayamu yang rapih
bersih berkanji
yet iyet tebu
yet iyet pisang
meski kamu sudah ibu
kamu toh tetap girang

--Rendra
Jakarta, 23 Oktober 1976


Sumber: Kumpulan Puisi & Sajak Bersama Rendra (kaset album 1998)