• rss

Mengungkap Syukur Lewat Tarawangsa

arsip kula|Rabu, 03 September 2014|11.52
fb tweet g+
JENIS Kesenian rakyat itu masih bertahan. Dimainkan dengan cara digesek, tetapi yang digesek hanya satu dawai yang paling dekat kepada pemain. Sementara dawai yang satunya lagi dimainkan dengan cara dipetik dengan jari telunjuk tangan kiri.

Itulah kesenian tarawangsa yang masih bertahan di Desa/Kecamatan Rancakalong, Kabupaten Sumedang. Tarawangsa ditampilkan, Selasa (26/8/2014), dalam Upacara Adat Ngalaksa Nusantara di daerah wisata Rancakalong.

Mengungkap Syukur Lewat Tarawangsa
ADANG JUKARDI/*PR*
BUPATI Sumedang Ade Irawan (tengah) menari tarawangsa bersama warga saat menghadiri rangkaian Upacara Adat Ngalaksa Nusantara di Desa/Kecamatan Rancakalong, Selasa (26/8/2014). Upacara ini sebagai rasa syukur atas hasil panen.
Selain menampilkan tarawangsa, ditampilkan juga seni rengkong, rampak kendang, angklung, dan reak. Acara adat ini disaksikan ribuan warga. Bupati Sumedang Ade Irawan secara simbolis memukul gong tanda helaran budaya dibuka.

Acara dimulai dengan tampilan rengkong. Tarian rengkong merupakan pikulan yang terbuat dari bambu. Pikulan ini kemudian diberi beban kurang lebih sebesar 25 kilogram padi yang diikat dengan tali ijuk. Jika dibawa, pikulan ini akan menimbulkan suara akibat gesekan antarbatang pikulan dan tali ijuk. Bunyi yang dihasilkan menyerupai rengkong (sejenis angsa).

Dibelakangnya , diikuti angklung dan reak. Masyarakat sangat terhibur dengan gelaran kesenian khas masyarakat adat tersebut. Tarian ini ungkapan rasa syukur atas panen dihasilkan di daerah tersebut.

Acara dilanjutkan pada acara puncak, Upacara Adat Ngalaksa Nusantara. Selain diisi pembacaan sambutan, juga diwarnai acara seren sumeren (penyerahan) seikat padi sebagai simbol kemakmuran dan seikat daun hanjuang lambang kehidupan.

Seren sumeren itu dari Rurukan Rancakalong kepada Rurukan Nagarawangi yang tahun ini menjadi panitia penyelenggara. Hal ini sehubungan dengan Adat Ngalaksa setiap tahunnya dilaksanakan secara bergiliran di lingkungan masyarakat adat yang meliputi lima rurukan tersebut, antara lain Rurukan Rancakalong, Nagarawangi, Cibunar, Pasirbiru, dan Pamekar.

Acara Adat Ngalaksa Nusantara tahun ini yang digelar tujuh hari tujuh malam.

Bupati Ade Irawan, Kepala Dinas Pendidikan Eem Hendrawan, dan Camat Rancakalong, Edi Sumpena didaulat oleh sesepuh adat untuk menari tarawangsa.

Pakaiannya pun khas. Seperti halnya bupati. Sebelum menari, bupati dikenakan samping dan dibalutkan sejumlah selendang dilengkapi keris.

Konon menurut cerita, ketika seseorang sudah menari tarawangsa, ketika mendengar alunan musik tarawangsa dimana pun ia berada, ia akan langsung menari.

Menurut Ketua Rurukan Nagarawangi Oma Sutisna, arti dari Ngalaksa, melaksanakan keuntungan dari hasil panen, baik padi maupun tanaman lainnya. “Upacara Adat ngalaksa ini, sebagai wujud syukur kepada Yang Maha Kuasa, Allah swt, yang telah memberikan berbagai kenikmatan hasil panen yang melimpah,” ujarnya.

Sumber: Adang Jukardi/*Pikiran Rakyat** Rabu, 27 Agustus 2014