• rss

Sekilas Tentang Tarawangsa atau Jentreng

arsip kula|Minggu, 08 Agustus 2010|13.09
fb tweet g+
Pada abad ke-8 rakyat Rancakalong bermata pencaharian bercocok tanam di ladang (huma) mendapat musibah yaitu panen padinya tidak berhasil, hingga terjadi kelaparan. Untuk menanggulanginya, maka tokoh masyarakat di Rancakalong yang bernama Wiranagara bersama tokoh lainnya bermusyawarah untuk sepakat mengganti tanaman padi menjadi tanaman hanjeli, namun sayang tanaman ini pun tampaknya kurang berhasil atau tidak menutup kebutuhan. Konon pada suatu hari ada seorang anak kecil yang merasa kelaparan memasuki lumbung hanjeli karena keingintahuannya persediaan hanjeli namun sialnya anak tersebut tertimpa seikat hanjeli hingga meninggal dunia

Dari saat itu tokoh (sesepuh masyarakat Rancakalong memutuskan (ragrag ucap) untuk tidak lagi menanam hanjeli dan akan diganti kembali dengan menanam padi. Tetapi untuk menanam padi pun bibitnya tidak ada. Untuk hal ini maka kembali para tokoh (sesepuh) masyarakat bermusyawarah lagi untuk berupaya mencari bibit padi tersebut. Atas kesepakatan dari musyawarah dua orang seniman yang diantaranya anak tokoh yaitu Jatikusumah yang menurut rakyat Rancakalong disebut Wiranagara bersama seorang temannya yang bernama Raguna diutus untuk mencari bibit padi ke Kerajaan Mataram yang tersohor kemakmurannya.

Dengan berbekal sebuah kacapi maka dua sahabat tersebut pergi menuju Mataram untuk melaksankan tugasnya sambil mengamen seni kacapi dan sampailah meraka ke tapal batas kerajaan Mataram yang memang pada saat itu sedang ketat-ketatnya penjagaan keamanan karena masuknya agama Islam. Tetapi dengan kecerdikannya yang beralatkan sebuah kecapi dua sahabat itu dapat masuk ke wilayah Mataram, namun setelah masuk pun mereka marasa kebingunan dan sulit untuk mencari bibit padi. Untunglah pada waktu sedang kebingungan tersebut mereka bertemu dengan seseorang yang di masyarakatnya mempunyai pengaruh dan ia pun mengerti maksud kedatangan dua sahabat itu. Maka berhasilah bibit padi yang mereka cari itu. Supaya tidak mengundang kecurigaan pemerintahan Mataram, bibit padi itu dimasukan kedalam kacapi dan mereka keluar dari wilayah mataram.