• rss

Mengobati Radang dengan Sambiloto

arsip kula|Senin, 01 Desember 2014|20.10
fb tweet g+
SIAPA yang tak kenal radang? Penyakit ini dapat menyerang siapa saja tanpa mengenal status dan usia. Penyebabnya bisa bermacam-macam, mulai dari luka makanik, terbakar, infeksi mikroba, dan rangsangan lainnya yang dapat mencederai tubuh.

 Mengobati Radang dengan Sambiloto
Foto: sambiloto.org
Proses radang dapat meliputi perubahan pada aliran darah atau kerusakan jaringan, yang disertai pembentukan mediator radang. Yang disebut dengan mediator radang adalah antara lain prostaglandin, asam hidroksi eikosa tetra enoat (atau disingkat HETE), dan leukotrien.

Pembentukan mediator radang ini dikatalisis oleh beberapa enzim yaitu fosfolipase, siklooksigenase, dan lipooksigenase. Gejala radang bisa diamati atau dirasakan melalui (1) adanya nyeri di tempat terjadinya radang; (2) warna kemerahan yang disebabkan oleh pembuluh kapiler terisi oleh darah lebih banyak daripada normalnya; (3) pembengkakan yang disebabkan oleh berkumpulnya cairan; (4) panas yang disebabkan oleh banyaknya darah di tempat radang terjadi.

Antiradang sintetik
Pada umumnya radang dapat diredakan dengan obat antiradang, yang biasa disebut obat AINS atau antiinflamasi non-steroid. Obat jenis AINS bekerja mengurangi radang melalui mekanisme penghambatan enzim siklooksigenase. Siklooksigenase adalah enzim yang berperan membantu dan mempercepat pengubahan asam araksidonat menjadi prostaglandin.

Prostaglandin inilah sang mediator radang. Jika prostaglandin tidak terbentuk, maka radang tidak terjadi. Atau dengan kata lain, apabila kita dapat menemukan cara untuk menekan atau menghambat bekerjanya enzim siklooksigenase, maka asam arakidonat tidak akan berubah menjadi prostaglandin, dan radang akan berkurang atau sembuh.

Di dalam tubuh kita, ada dua jenis enzim siklooksigenase. Yang pertama adalah enzim siklooksigenase normal atau bersifat konstitutif. Enzim jenis ini dinamakan COX-1. Enzim ini berada di dalam tubuh normal sehat dan berperan membentuk prostaglandin untuk melindungi dinding lambung dari sifat korosif asam lambung.

Jenis kedua adalah enzim siklooksigenase terinduksi, yang dinamakan COX-2. Enzim jenis ini hanya muncul jika ada rangsangan pencedera tubuh dan menyebabkan radang.

Salah satu contoh obat AINS, misalnya asam asetil salisilat. Obat ini sangat banyak digunakan serta mudah didapatkan di apotek bahkan toko swalayan. Asam astil salisilat yang menghambat bekerjanya kedua jenis enzim siklooksigenase di atas, mengakibatkan lambung tidak ada yang melindungi lagi.

Memang benar obat ini dapat mengurangi radang, tetapi juga menyebabkan nyeri pada lambung. Penggunaan obat ini secara berulang dapat mengakibatkan efek samping luka pada lambung.

Antiradang dari alam
Nenek moyang kita terkenal dengan ketekunannya mempelajari dan menemukan obat dari alam. Telah diketahui bahwa untuk mengobati luka bengkak karena gigitan serangga atau karena luka mekanik, nenek moyang kita menggunakan tanaman sambiloto. Biasanya daun tanaman itu direbus dengan air, lalu air rebusannya diminum. Cara lain adalah dengan menumbuk daun sambiloto dan tumbukan itu dikompreskan pada bengkak.

Sambiloto, nama latinnya Andrographis paniculata, merupakan tanaman obat dari suku Acanthaceae, yang tumbuh dengan baik di Indonesia terutama di daerah dengan ketinggian 1-700 meter di atas permukaan laut. Tanaman ini, yang juga banyak tumbuh di daerah Asia, terutama di India dan Tiongkok, telah berhasil menarik minat banyak peneliti untuk menlaah khasiatnya. Banyak sekali khasiat tanaman ini, antara lain antikanker, antidiabetes, antimikroba, antiradang, dan masih banyak lagi.

Di dalam tanaman sambiloto banyak terkandung senyawa-senyawa kimia. Kandungan utama tanaman sambiloto adalah andrografolid. Andrografolid ini merupakan senyawa aktif dan komponen utama yang pertama kali diisolasi dalam bentuk murninya oleh Gorter pada tahun 1911.

Senyawa ini memiliki raa sangat pahit sehingga tanaman sambiloto sering kali dinamakan king of bitter. Selain andrografolid. Fujita peneliti dari Jepang, telah mengisolasi beberapa senyawa yang struktur kimianya menyerupai andrografolid, yaitu 14-deoksiandrografolid, 14-deoksi-11-oksioandrografolid, dan neoandrografolid dari tanaman sambiloto.

Hasil penelitian
Khasiat antiradang sambiloto telah diteliti oleh penulis (Jutti Levita), dan ternyata terbukti bahwa senyawa utama tanaman ini, yaitu andrografolid, dapat menghambat ekspresi enzim siklooksigenase COX-2 pada sel fibroblast manusia yang diinduksi dengan lipopolisakarida. Awalnya sel tersebut diberi lipopolisakarida (suatu protein penyebab demam, yang diisolasi dari bakteriE coli, kemudian sel diinkubasi dengan larutan andrografolid berbagai konsentrasi.

Keesokan harinya, jumlah prostaglandin yang terbentuk diukur dengan spektrofotometer. Hasil penelitian menunjukan bahwa andrografolid dapat menurunkan produksi prostaglandin, atau dengan kata lain, andrografolid menghambat sekspresi enzim COX-2 (hasil penelitian ini telah dipublikasikan di Journal of Applied Sciences, Volume 10 No.14, 2010). Jenis penghambatan oleh andrografolid ini lebih lemah daripada yang diberikan oleh asam asetil salisilat.

Penghambatan enzim siklooksigenase COX-2 oleh andrografolid dibuktikan lebih lanjut melalui simulasi komputasi. Selanjutnya, juga dityelaah perilaku andrografolid di dalam tubuh hewan mencit (hasil penelitian ini telah dipublikasikan di Majalah Formasi Indonesia, Volume 21 No.4, 2010).

Penelitian dilanjutkan pada hewan kelinci sehat normal yuang diberi air rebusan tanaman sambiloto (hasil penelitian ini telah dipublikasikan di Indonesia Journal of Pharmacy, Volume 25 No.3, 2014)

Dari data beberapa hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa tanaman sambiloto dapat digunakan untuk mengurangi radang. Ini adalah obat alternatif yang relatif aman dan murah. Sambilotonya dapat ditanam di pekarangan rumah. Hanya, masih harus diteliti lebih lanjut mengenai dosis yang tepat.***

Sumber: Jutti Levita, dosen dan peneliti Departemen Analisis Farmasi dan Kimia Medisinal Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran/*Pikiran Rakyat* Kamis, 27 November 2014