• rss

Kantor Pusat Bala Keselamatan

arsip kula|Jumat, 14 November 2014|07.46
fb tweet g+
KANTOR Pusat Teritorial Bala Keselamatan berpindah dari Semarang ke Bandung seiring dengan rencana perpindahan ibu kota Pemerintah Hindia Belanda ke Bandung, pada awal 1900-an. Pandangan strategis ini diambil Letnan Kolonel JW de Groot sebagai Komandan Teritorial Bala Keselamatan di Hindia Belanda agar komunikasi dengan instansi pemerintah berjalan lebih baik, demi peningkatan pelayanan sosial.

Kantor Pusat Bala Keselamatan
Illistrasi: Fachri/*PR*
Arsitek : FW Brinkman en Voorhoeve (Belanda)
Tahun berdiri : 1917
Gaya bangunan : art deco geometrik
Alamat : Jalan Jawa No. 20 Kota Bandung
Bala Keselamatan (Inggris: Salvation Army) yang dikenal sebagai pelayanan sosial Gereja Protestan ini didirikan oleh William Booth dan berpusat di London. Untuk mengenang jasanya, saat itu Letnan Kolonel de Groot mengusahakan membuat bangunan di atas sebidang tanah kepada pemerintah di sudut Jalan Sumatera dan Jalan Jawa. Tanggal 24 Agustus 1915, tanah yang merupakan lapangan sepak bola tersebut resmi diberikan pemerintah kepada Bala Keselamatan. Sebagai wujud penghargaan terhadap Milliam Booth, maka di atas tanah itu berdirilah gedung kantor pusat teritorial Bala Keselamatan dan panti asuhan, dengan nama William Booth.

Pada upacara peletakan batu pertamanya, dihadiri oleh Wali Kota Bandung Tuan Coops dan putrinya yang juga meletakkan batu pertama gedung panti asuhan. Dalam buku berjudul “Sejarah Gereja Bala Keselamatan di Indonesia” karangan Letnan Kolonel Melatte M Brouwer, disebutkan bahwa “Pada acara ini ikut dibenamkan bersama batu penjuru sebuah kotak alumunium berisi buku doktrin Bala Keselematan, perintah dan aturan bagi prajurit Bala Keselamatan, undang-undang peperangan, serta strijdkreet dan penderita peperangan.

Pada 24 September 1917, akhirnya peresmian gedung dilaksanakan, tanpa kehadiran Letnan Kolonel JW de Groot yang sudah pindah ke teritori Jepang pada tahun 1916. Gedung ini diresmikan oleh Gubernur Jendral Count John Paul van Linburg Stirum yang membuka pintu kantor pusat teritorial dan istrinya yang membuka pintu panti asuhan anak-anak yang terletak di samping kantor pusat. Pembangunan gedung megah bergaya arsitektur modern fungsional (art deco geometrik) itu menelan dana sebesar 117.022 gulden. Biaya pembangunan berasal dari sumbangan perorangan dan perusahaan seperti Kantor Pusan Bala Keselamatan Internasional, serta para simpatisan di Belanda.

Keadaan berubah saat tentara Jepangt tiba di di Pulau Jawa dan mengambil alih kantor pusat pada 13 Maret 1942 dan memduduki bangunan ini sebagai salah satu markas. Ketegangan berlangsung tidak saja di seluruh Bala Keselamatan daerah-daerah di Indonesia. Akhirnya, setelah kemerdekaan Indonesia pada September 1945, Kantor Pusat Bala Keselamatan kembali dalam keadaan porak poranda. Dua tahun kemudian, proses pemulihan bangunan ini rampung. Pada 31 Mei 1947, kantor pusat teritorial dan panti asuhan berfungsi seperti semula.

Tahun 1999-2000 kantor ini direnovasi dengan menambah bangunan sayap antara kantor pusat dengan panti asuhan di bawah persetujuan Pemerintah Kota Bandung. Kini, gedung pusaka yang berada di kawasan militer tersebut membawahi korps yang tersebar di 20 provinsi dan terus berkominten dalam memberikan pelayanan sosial gereja di seluruh lapisan umat di dunia.

Sumber: Putri Khaira Ansuri/Periset, *Pikiran Rakyat** Minggu, 23 Juni 2013