• rss

Badai Matahari yang tak Perlu Ditakuti

arsip kula|Selasa, 10 Januari 2012|00.34
fb tweet g+
Isu kiamat 2012 menarik perhatian banyak pihak. Pada 2009, Sutradara Roland Emmerich membuat film bertajuk “2012”, sebuah tanyangan sains fiksi tentang fenomena bencana besar yang melanda dunia. Film tersebut juga mengacu pada ramalan suku Indian Maya pada kalender kuno mereka.

Banyak yang kemudian mengaitkannya juga dengan peristiwa badai Matahari (solar storm) yang juga dianggap akan menyebabkan bencana dahyat pada 20012 ini. Bahkan, sudah banyak situs serta blog yang mengaitkan beragam fenomena astronomis dengan potensi kehancuran peradaban pada tahun ke-12 di milenium ketiga ini. Bagaimana sebetulnya yang terjadi?

Banyak ilmuwan sudah merilis pernyataan menolak spekulasi kiamat akibat badai Matahari pada 2012. Namun, pengetahuan tentang apa sebenarnya badai Matahari itu sendiri masih banyak yang belum diketahui secara utuh. Sebenarnya, peristiwa badai Matahari bukan hal yang langka. Permukaan Matahari selalu diwarnai letupan-letupan, mulai kecil hingga besar. Intensitas dan frekuensinya mulai dari beberapa kali dalam sehari atau malah sekali dalam seminggu.

Matahari mengalalmi siklus rata-rata 11 tahunan (antara 9-14 tahun) yang bermula dari periode aktivitas rendah, yang disebut solar minimum, hingga periode di mana aktivitasnya meningkat, yang disebut solar maximum. Solar maximum terakhir terjadi pada tahun 2000. Dengan demikian, badai Matahari sesungguhnya bukan peristiwa aneh yang langka. Fenomena ini adalah bagian yang normal dari siklus kehidupan Matahari.

Badai Matahari atau aktivitas puncak surya itu terakhir terjadi pada 1989, kemudian terjadi pada 2000, dan nanti pada 2012 atau 2013. Seharusnya aktivitas puncak itu terjadi pada 2011, tetapi titik minimumnya bergeser sehingga mundur ke 2012 atau 2013.

Badan Antariksa Amarika Serikat (NASA) memperingatkan, jika sepanajng tahun 2012 dan 2013 aktivitas Matahari tengah meningkat dan mengakibatkan badai Matahari yang lebih sering di Bumi. Badai Matahari (coronal mass ejection/CME)) merupakan pelepasan energi besar radiasi dan gas pembakaran dari permukaan Matahari. Radiasi ini menyebar ke luar angkasa dan akan sampai ke atmosfer Bumi.

Badai Matahari yang cukup besar ini diperkirakan bisa mengakibatkan badai magnetk di Bumi sehingga kerusakan listrik, sinyal telefon, dan kekacauan global positioning system (GPS). Ini pula yang tampaknya mejadi penyebab gejala gangguan sinyal telefon seluler yang kita miliki pada akhir tahun 2011 dan menjelang awal tahun 2011 atau sekitar tiga hari.

Menurut pernyataan The National Oceanic and Atmospheric Administration’s Space weather Prediction center, seperti dilansir Daily Mail, 30 Desember 2011, “badai geomagnetis kategori G1 (minor) diprediksi terjadi 28 dan 29 Desember karena tibanya beberapa kali CME. Gangguan sinyal radio kategori R1 (minor) akan terjadi hingga 31 Desember.”

Mennururt Nasa, penduduk Bumi tidak perlu khawatir karena badai kali ini tidak akan menimbulkan situasi chaos alam semesta. Seandainya cuaca memungkinkan, badai Matahari akan menghasilkan fenomena alam indah, aurora. “Ada 20 sampai 40 persen peluang terjadinya badai geomagnetik. Jika Anda tinggal didataran tinggi, perhatikan terjadinya aurora yang sangat indah,” demikian Solar Dynamics Observatory Nasa menulis dalam akun Twitternya.

Menurut Nasa, satu-satunya dampak yang dikwahatirkan dari fenomena badai Matahari yang tengah memasuki aktivitas puncak pada 2012 samapai 2013 ini adalah kebergantungan yang sangat besar dari manusia terhadap teknologi. “Masyarakat modern sangat bergantung pada system berteknologi tinggi seperti GPS dan komunikasi satelit. Semua ini sangat rentan dengan badai Matahari.” Kata Lika Guhathakurta, Fisikawan Nasa. Unutk mengatasinya NASA mengaku sudah bekerja sama dengan beberapa perusahaan penyedia teknologi untuk mewaspadai dampak badai Matahari.

Astronom terkemuka Inggris Ricard Chistoper Carrington adalah orang pertama yang mengamati fenomena badai Matahari. Pada 1 September 1859, Carrington yang saat itu berusia 33 tahun, sedang berada di observatoriumnya sambil melakukan pengamatan. Seperti biasa, Carrington mengamati Matahari lewat citra proyeksi pada sebuah layer yang dihasilkan oleh teleskop. Dengan teliti ia menggambar bintik Matahari yang terlihat.

Ia terkejut saat melihat dua titik cahaya putih menyilaukan yang muncul di atas cahaya itu terlihat semakin intens dan segera berubah bentuk menjadi seperti bentuk ginjal. “Saya berlari memanggil orang lain uintuk ikut melihat. Ketika saya kembali sekitar semenit kemudian, saya terkejut karena titik itu telah berubah bentuk,” kata Carrington.

Pemandangan itu hanya berlangsung selama lima menit. Namun, apa yang diakibatkan terhadap Planet Bumi akan selalu dikenang sebagai salah satu peristiwa astronomi paling menakjubkan (atau menakutkan) yang pernah terjadi. Apa yang dilihat Carrington adalah lidah api putih Matahari (white solar flare) yang muncul akibat ledakan magnetk Matahari. Ledakan ini tidak hanya menghasilkan cahaya yang terlihat oleh mata, tetapi juga menghasilkan awan partikel super raksasa yang mengeluarkan pusaran magnetk yang dikenal dengan sebutan coronal mass ejection (CME).

CME yang tercipta itu bergerak langsung menuju Bumi dan tiba hanya dalam tempo 18 jam. Ini cukup luar biasa, mengingat pada umumnya perjalanan itu akan ditempuh dalam waktu tiga atau empat hari. Ketika CME itu menghantam Bumi, medan magnet yang menyelubungi bumi menjadi terganggu sehingga menciptakan badai geomagnetk terbesar yang bernah tercata di dalam sejarah.

Langit di atas bumi segera dipenuhi dengan aurora berwarna merah, hijau, dan ungu. Cahaya-cahaya itu begitu luar biasa sehingga malam yang gelap terlihat terang benderang seperti siang hari. Luar biasanya, aurora itu bahkan bisa terlihat di wilayah-wilayah tropis seperti Kuba, Bahama, Jamaika, dan Hawai. Namun, efeknya tidak hanya sampai di situ. Pertunjukan aurora yang indah itu ternyata disertai kerusakan besar pada system komunikasi di Eropa dan Amerika. Peristiwa itu kemudian di sebagai Carringtin Event.

Kembali ke kekhawatiran tentang fenomena badai Matahari, kita bisa belajar dari fenomena Millennium Bug atau Y2K ketika kta masuk ke era milenium ketiga awal tahun 2000. Saat itu, banyak prediksi ekstrim akan terjadi kekacauan adminstrasi dan turunannya akibat computer tidak bisa menyesuaikan dengan pergantian era melanium. Kenyataannya, kita kini telah masuk ke tahun ke-12 di era milenium ketiga dengan baik-baik saja.

Sumber: Dewi Setiawaty/dari spaceweather.com, nasa.org, Nat-Geo, dan sumber lain,*** (Pikiran Rakyat)