• rss

Riwayat Hidup Singkat Pangeran Aria Soeria Atmadja Bupati Sumedang

arsip kula|Sabtu, 12 Maret 2011|10.53
fb tweet g+
Riwayat Hidup Singkat Pangeran Aria Soeria Atmadja Bupati Sumedang
Pangeran Aria Soeria Atmadja dilahirkan di Sumedang pada tanggal 11 Januari 1851 dengan nama Raden Sadeli, dari ayah Pangeran Aria Soeria Koesoema Adinata (Bupati Sumedang 1836-1882) dan R.A Ratnaningrat.
- Menginjak usia 8 tahun, mulai menerima pendidikan sekolah sambil mengaji Al-Quran.
- Pada usia 14 tahun mulai magang, sambil belajar bahasa Belanda, bahkan bahasa Inggris dan Prancis.
- Sejak masa kecil sudah tampak memiliki karakter terpuji. Suka menepati janji, rajin, cerdas, aktif dan penuh inisiatif.
- Karier pekerjaan dimulai sejak diangkat sebagai KALIWON pada usia 18 tahun, sejak 1 Agustus 1869 di Sumedang.
- Diangkat menjadi Wedana Ciawi pada tanggal 7 Pebruari 1971.
- Pada tanggal 29 November 1875 diangkat sebagai Patih Afdeling Sukapura kolot di Mangunreja.
- Dalam usia 32 tahun, diangkat menjadi bupati pada tanggal 30 Desember 1882 dan dilantik terhitung sejak tanggal 31 Januari 1883, sebagai Bupati Sumedang. Dalam tempao 13 tahun sejak menjadi KALIWON di Sumedang.

Gelar penghargaan yang dianugrahkan kepada beliau selama bekerja di pemerintahan adalah:
1. Gelar Rangga, ketika menjabat Patih Manonjaya, pada tanggal 29 November 1875.
2. Gelar Tumenggung, pada tanggal 30 Desember 1882.
3. Anugerah Bintang Emas, pada tanggal 21 Agustus 1891
4. Gelar Adipati, pada tanggal 31 Agustus 1898.
5. Anugerah Bintang Officier Van De Orde Van Orange Nassau, pada tanggal 27 Agustus 1903.
6. Gelar Aria, diraih pada tanggal 29 Agustus 1905
7. Anugerah Songsong Kuning, pda tanggal 26 Agustus 1905
8. Gelar Pangeran dengan Payung Emas, diraih pada tanggal 26 Agustus 1910.
9. Anugerah Bintang Agung Ridder Der Orde Van Den Nederlandschen Leeuw, penghargaan tertinggi, diraih pada tanggal 17 September 1918.

Selama masa jabatan pada pemerintahan, beliau banyak memberi perhatian pada masalah keagamaan, pendidikan, anak-anak dan generasi muda, pertanian, perekonomian kerakyatan, peternakan, pelestarian lingkungan hidup, kesehatan bahkan perhubungan, politik, dan keamanan.

Beliau banyak sekali mewakafkan tanah untuk kegunaan keagamaan dan kesejahteraan rakyat. Diantara sekian banyaknya wakaf beliau, adalah Sekolah Pertanian di Tanjungsari, dahulu namannya Landbouwshool, luasnya kira-kira 6 (enam) bau. Tanah seluas itu dibeli dengan uang beliau seharga f.3.000,-, demikian pula dengan pembangunan sekolah, didirikan atas biaya pribadi beliau sendiri. Guru sekolah pertanian yang pertama ialah R. Sadikin. Sekolah Pertanian di Tanjungsari ini menjadi kebanggaan masyarakat di Jawa Barat.

Merasa telah lanjut usia, Pangeran Aria Soeria Atmadja memohon berhenti dari jabatan bupati dengn Bisluit Gubernemen tanggal 17 April 1919, beliau pensiun dan kemudian pindah ke Sindangtaman Desa Sindangjati di pinggiran kota Sumedang. Beliau menjabat Bupati Sumedang selama 36 tahun, terhitung sejak tanggal 31 Januari 1883 sampai dengan tanggal 17 April 1919.

Pemakaian waktu selama 24 jam dipakai untuk:
- Bekerja 7-8 jam.
- Setengah jam dipakai untuk makan itu pun apabila beliau tidak melaksanakan saum, atau tirakat puasa Senin Kamis.
- Untuk istirahat, mandi dan shalat 5 waktu sekitar 10 jam.
- Waktu tidur beliau rata-rata hanya 4 jam.

Masa kerja, beliau mencapai 50 tahun sejak diangkat KALIWON. Pada tanggal 23 April 1921 beliau berangka ke tanah suci dan wafat di Mekkah serta dikebumikan di pemakaman MA’ala pada tanggal 1 Juni 1921. oleh karena itu, Pangeran Aria Soeria Atmadja mendapat gejar “Pangeran Mekah.”

Mengingat Pangeran Aria Soeria Atmadja banyak sekali jasanya bagi raqkyat Sumedang, maka atas inisatif Pangeran Stichting, dibangunlah sebuah monument di tengah alaun-alun dinamakan LINGGA. Bentuk bangunan monument tersebut sekarang menjadi lambing Kabupaten Sumedang.

Monumen Lingga diresmikan oleh Gubernur Jendral Mr. D. Fock, pada tanggal 25 April 1922. pada salah satu prasasti Lingga tersebut ditatahkan kalimat:
“URANG SADAYA SAMI TUNGGAL KAWULANGGIH ALLAH. SAASAL SATEDAK KENEH. UPAMI DIKAPALAAN KU NU SAMPURNA, WENING GALIH SARENG LINUHUNG, AYEM TENGTREM SADAYANA.”

Sumber: R. Moch. Achmad Wiriamadja (SIKAP!, 2009)