• rss

MUNJUNGAN, Ritual Desa di Indramayu

arsip kula|Kamis, 07 Februari 2013|01.18
fb tweet g+
MUNJUNGAN, Ritual Desa di Indramayu
ilustrasi: Galura
Kebiasaan setahun sekali dalam menyambut datangnya musim hujan dan untuk memulai menggarap sawah, masyarakat Indramayu melaksanakan ritual munjungan, hajat lembur, atau sedekah bumi. Jararoh ke makam-makam luluhur (leluhur). Mendoakan para leluhur (karuhun), dan meminta ke Yang Maha Kuasa supaya hasil panen yang berlimpah (nyugemakeun).

Dalam pelaksanaan Munjungan biasanya dimeriahkan beragam hiburan dan parade (arak-arakan) warga desa. Tua muda melibatkan diri berduyun-duyun ke makam leluhur desa yang biasa disebut Mbah Buyut. Para perempuan (ibu-ibu) membawa baskom yang berisi tumpeng, telur dan bakakak ayam, teri, petek, lalab dan buah-buahan.

Di makam Mbah Buyut, tumpeng dan pernak-pernik hiasannya diserahkan ke Ki Kuncen, untuk diberi doa (parancahan). Selanjutnya tumpeng disimpan ditempat yang telah disediakan. Diluar lingkungan makam, berlangsung hiburan, seperti wayang kulit, sandiwara, wayang golek cepak, tarling, band, organ tunggal atau orkes dangdut. Hiburan ini terkadang berlangsung lebih dari dua hari dua malam.

Sebelum acara memberikan tumpeng, dari pagi sampai siang diadakan pawai (arak-arakan) yang menampilkan beragam hasil kreativitas warga. Untuk menarik minat warga, panitia menyediakan hadiah.

Dalam menggelar ritual munjungan tiap-tiap desa memiliki keunikan tersediri. Misalnya, di Desa Plumbon Kecamatan Indramayu, ada kebiasan lelang tumpeng. Tumpeng dengan ukuran besar dihiasi uang Rp 50 ribuan sampai Rp 100 ribuan. Lelang tumpeng ini harganya bisa mencapai puluhan juta rupiah, dan pemenangnya akan diarak.

Di Desa Lajer Kecamatan Tukdana dalam ritual Munjungan banyak yang membawa hewan peliharaan: domba, kambing, sapi, kerbau. Hewan peliharan ini akan disembelih dan langsung diolah di area makam Mbah Buyut. Daging yang sudah diolah/dimasak, dihidangkan bagi warga yang datang ke tempat munjungan.

Warga Desa Gadingan dan warga Desa Mekargading di Kecamtan Sliyeg, dalam acara pawai (arak-arakan), tiap RT menampilkan hasil kreativitas warga bisa menghabiskan uang puluhan juta rupiah. Jumlah uang sebesar itu merupakan sumbangan dari warga untuk keperluan; membuat patung binatang, hiburan dangdut juga konsumsi.

Di Desa Larangan Kecamatan Lohbener terdapat enam makam Mbah Buyut. Dalam ritual Munjungan, pemerintah setempat (desa) mengadakan lomba buat warga di seputar makam leluhur (karuhun). Yang menjadi kriteria menilaian antara lain, ketertiban dalam pelaksanaan munjungan, kemeriahannya, keamanan, dan juga bisa tidaknya saling membahagiakan warga yang lain.

sumber: Undang Sunaryo/Galura**