Berita adanya sejumlah produk susu formula dan makanan bayi yang tercemari bakteri Enterobacter sakazakii, telah membuat cemas masyarakat luas terutama kaum ibu. Kecemasan kaum ibu tersebut dapat dimaklumi, karena hampir sebagian besar anak usia balita sangat menyukai susu. Bahkan beberapa anak di antaranya, ada yang tetap menginginkan minum susu pada saat ia harus minum obat karena sakit. Namun, terlepas dari masalah susu yang tercemar tersebut, akan efektifkah kerja obat yang diminum dengan susu? Tidakkah susu akan menetralkan zat-zat yang dikandung obat tersebut?
Secara umum, kandungan susu baik susu formula maupun susu cair UHT, adalah air, lemak, karbohidrat, zat-zat mineral (kalsium, kalium.dan lain sebagainya), serta protein yang tersusun olehasam-asam amino.S truktur kimia asam amino ini umumnya memiliki gugus karboksilat (COOHiC Karbon, O Oksigen, dan H Hidrogen) yang bersifat asam, dan gugus amina (NHx; N Nitrogen) yang bersifat basa.
Jika gugus yang terkandung dalam susu ini bertemu dengan unsur-unsur dalam obat yang juga memiliki sifat asam atau basa, besar kemungkinan antara susu dan obat tersebut akan terjadi reaksi pene-tralan asam basa, yang mengakibatkan berkurangnya kadar (khasiat) obat. Hal ini dapat digambarkan pada pemakaian aspirin yang diminum dengan susu.
Aspirin atau asam salisilat atau ada juga yang menyebutnya asetosal, adalah sejenis obat turunan dari salisilat, yang pemakaiannya cukup luas, memiliki, efek antikoagulan, terkadang digunakan juga dalam dosis rendah dalam tempo yang lama untuk mencegah serangan jantung. Aspirin ini sering digunakan sebagai senyawa analgesik (penahan rasa sakit/nyeri minor), antipiretik (terhadap demam), dan antiiriflamasi (peradangan), atau beberapa kalangan menggolongkannya dalam golongan NSAID (Non Steroidal Anti Inflammatory Drug).
Obat-obatan golongan NSAID, merupakan obat pembunuh rasa sakit yang bekerja dengan cara menghambat terbentuknya prostaglandin. Prostaglandin adalah zat yang selalu ada dalam sel tubuh, bekerja sebagai zat yang menyebabkan peradangan dan rasa sakit, namun di sisi lain, juga membantu terbentuknya selaput mukosa lambung. Dengan terhambatnya prostaglandin oleh aspirin, rasa sakit dan infeksi pun akan hilang, tetapi pada saat yang bersamaan, lambung pun menjadi rentan terhadap iritasi, karena selaput mukosanya berkurang.
Oleh karena itu, umumnya obat-obatan golongan NSAID diresepkan untuk diminum sekurang-kurangnya 30 menit setelah makan. Hal ini dimaksudkan supaya yang masuk ke lambung terlebih dulu adalah makanan, untuk melindungi dinding lambung agar tidak terjadi iritasi. Dengan adanya kenyataan tersebut, beberapa kalangan berpendapat, obat-obatan golongan NSAID yang bersifat lypophylic (mudah larut dalam lemak), boleh diminum bersamaan dengan susu, dengan alasan susu tersebut akan lebih dulu melindungi dinding lambung. Padahal, tindakan tersebut memungkinkan akan timbulnya reaksi penetralan asam-basa antara susu dan aspirin.
Struktur kimia aspirin, terlihat dari sifat asam salisilatnya, memiliki gugus karboksilat. Jika aspirin diminum dengan susu, maka gugus karboksilatnya akan bereaksi degan gugus amina dalam susu, menimbulkan reaksi penetralan asam-basa, sehingga otomatis kadar aspirinnya yang aktif/bebas akan berkurang, karena terambil sebagian dalam reaksi penetralan asam-basa. Sehingga khasiatnya pun tentu saja akan berkurang.
Demikian pula halnya dengan beberapa golongan obat yang mengandung unsur logam. Jika obat ini diminum dengan susu, maka kalsium pada susu akan membentuk ikatan-ikatan kompleks yang kuat (khelat) dengan unsur logam yang terkandung dalam obat tersebut. Akibatnya unsur yang aktif/bebas dari obat tersebut hanya tersisa sebagian, sehingga khasiat obat pun akan berkurang.
Untuk beberapa obat yang tergolong antibiotik seperti antibiotik golongan tetrasik-lin dan turunannya (dokisiklin, oksitetrasiklin, minosiklin), dan beberapa golongan fluorchinolone (Ciprofloxacin dan Norfloxacin), jika diminum dengan susu, besar kemungkinan kalsium dari susu akan membentuk ikatan kalsium-tetrasiklin. Ikatan ini berupagumpalan atau endapan berwarna kuning. Ukuran gumpalan yang terbentuk ini bisa jadi cukup besar, sulit untuk melewati dinding usus. Akibatnya, antibiotik tersebut bukannya masuk ke dalam aliran darah, melainkan akkn dicerna oleh usus. Hal ini menyebabkan berkurangnya efek pengobatan oleh antibiotik tersebut, sehingga kuman ditubuh tidak mati, malah sebaliknya, akan tercipta kondisi kuman yang resistan. Namun sebenarnya tidak semua obat jika diminum dengan susu akan jadi tidak efektif. Ada beberapa golongan antibiotik dan obat-obatan tertentu yang tidak menimbulkan masalah jika diminum dengan susu.
Namun, terkadang nama dagang yang digunakan pihak produsen obat cukup membingungkan konsumen. Konsumen umumnya tidak mengerti akan perbedaan nama kimia dengan nama dagang suatu obat, sehingga mereka akan ragu menentukan mana obat-obatan yang akan tetap efektif jika diminum dengan susu.
Oleh karena itu, untuk menghindari terjadinya ketidakefektifan suatu obat, sebaiknya obat diminum dengan air putih saja. Air putih cukup efektif dalam melarutkan obat, tetapi tidak ikut bereaksi dengan obat tersebut, sehingga tidak mengganggu kadar/khasiat dari obat-obatan tersebut.----
Sumber: Y. Zakiah A., alumnus FMIPA Unpad,/"Pikiran Rakyat"
Minum Obat dengan Susu, Efektifkah?
pepep [saukur dogdong pangrewong]
neundeun
judul : Minum Obat dengan Susu, Efektifkah?
url : http://archive69blog.blogspot.com/2011/02/minum-obat-dengan-susu-efektifkah.html
neundeun
judul : Minum Obat dengan Susu, Efektifkah?
url : http://archive69blog.blogspot.com/2011/02/minum-obat-dengan-susu-efektifkah.html