AGUS BEBENG/ANTARA |
SEJUMLAH masyarakat adat merayakan acara puncak Sérén Taun, di Kasepuhan Ciptagelar Kabupaten Sukabumi, Minggu (2/9). Sérén taun ke-644 masyarakat adat Kasepuhan Ciptagelar merupakan bentuk rasa syukur terhadap Tuhan YME atas melimpahkan hasil pertanian sekaligus sebagai salah satu bentuk silaturahmi keluarga besar Ciptagelar.* |
Acara Sérén taun yang digelar mulai Jumat (31/8) itu diisi sejumlah kegiatan dan kesenian Sunda seperti potong kebo, wayang golék, karnaval, jaipong, jipéng, topéng, debus, angklung, ketuk tilu, dogdog lojor, dan pencak silat.
Pemimpin Kasepuhan Ciptagelar, Abah Ugi Sugriana Rakasiwi mengatakan, upacara Sérén taun yang ke-644 ini mengambil tema “Nyoreang Alam Katukang, Nyawang Alam Anu Bakal Datang”.
“Makna dari nyorang alam katukang, nyawang alam anu bakal datang, berarti kita bersyukur dengan hasil yang telah diraih tahun ini dan berharap tahun depan bisa mendapat hasil yang lebih baik lagi,” katanya.
Juru bicara Kasepuhan Ciptagelar, Aki Upat menambahkan, tema Sérén taun yang diangkat kali ini untuk menangkis gencarnya budaya modern yang masuk. Budaya baru itu dikhawatirkan dapat mengikis budaya yang sudah dijaga secara turun-temurun.
Disinggung mengenai lahan garapan yang berada di sekitar Gunung Halimun. Aki Upat menuturkan, masyarakat Ciptagelar selalu berpegang teguh kepada aturan yang membagi hutan kedalam tiga wilayah yaitu leuweung tutupan, leuweung titipan, dan leuweung garapan.
Leuweung tutupan dan leuweung titipan secara otomatis tidak bisa diganggu. Warga hanya bisa bercocok tanam di leuweung garapan. Sayangnya belum ada aturan baku dari pemerintah mengenai pembagian itu sehingga membuat masyarakat terkadang menjadi takut untuk memanfaatkan lahan garapan yang ada.
“Masyarakat ingin hidup tenang, jangan banyak gangguan. Penghijauan hutan akan kembali kita lakukan, khususnya yang dekat dengan mata air,” ujarnya. (A-193)***
Sumber: Pikiran Rakyat