• rss

Bentuk, Letak, dan Arah Rumah di Kampung Naga

arsip kula|Senin, 24 September 2012|23.48
fb tweet g+
Bentuk , Letak, dan Arah Rumah  di Kampung Naga
Foto: jabarprov.go.id
Kampung Naga di lembah Gunung Cikuray, Desa Neglasari, Kec. Salawu, Kab Tasikmalaya. Lokasinya yang tidak jauh dari pusat Kota Garut (26 kilometer) dan Kota Tasikmalaya (30 kilometer) juga berada disisi Jalan Raya Salawu (Garut-Singaparna)

Hal yang sangat menarik dari keberadaan Kampung Naga yang luasnya mencapai 1,5 hektar, adalah masyarakatnya hingga kini masih memegang teguh nilai-nilai tradisi nenek moyang. Masyarakat Kampung Naga hidup pada suatu tatanan yang dikondisikan dalam suasana kesahajaan dan keharmonisan antara adat istiadat tradisional bercampur dengan kekentalan ajaran agama Islam yang dianut.

Apapun yang hendak masyarakat lakukan, sang tetua desa akan memutuskannya berdasarkan adat istiadat dan ajaran agama Islam. Ini dilakukan untuk menghindari pamali yang dapat menimbulkan malapetaka menurut kepercayaan setempat.

Tabu, pantangan atau pamali. bagi masyarakat Kampung Naga masih dilaksanakan dengan patuh, khususnya dalam kehidupana sehari-hari, terutama yang berkenaan dengan aktivitas kehidupannnya. Pantangan atau pamali merupakan ketentuan hukum yang tidak tertulis yang mereka junjung tinggi. Misalnya tata cara membangun dan bentuk rumah, letak, arah.

Bentuk rumah masyarakat Kampung Naga harus empat persegi panjang dengan model panggung, bahan rumah dari bambu dan kayu. Atap rumah harus dari daun nipah, ijuk, atau alang-alang, lantai rumah dari bambu atau papan kayu manglid. Rumah harus menghadap ke arah utara atau selatan dengan memanjang ke arah barat-timur. Dinding rumah dari bilik atau anyaman bambu dengan anyaman sasag. Rumah tidak boleh dicat, kecuali dikapur atau dimeni. Bahan rumah tidak boleh menggunakan tembok.

Rumah tidak boleh dilengkapi dengan perabotan, seperti kursi, meja, dan tempat tidur. Rumah tidak boleh memililki daun pintu di dua arah berlawanan. “Karena menurut anggapan masyarakat Kampung Naga, rezeki masuk ke dalam rumah melalui pintu depan tidak boleh keluar melalui pintu belakang. Untuk itu dalam memasang pintu, mereka selalu mengindari daun pintu yang sejajar dan satu garis lurus.

Jumlah bangunan mencapai 113 unit, sebanyak 110 merupakan rumah, namun yang dihuni hanya 108 rumah. Tempat lain nya diantaranya bale pertemuan, lumbung padi, dan mesjid yang letaknya sejajar menghadap ke arah timur-barat. Sedangkan bangunan rumah penduduk berdiri berjajar menghadap utara-selatan

Sumber: Pikiran Rakyat