• rss

Berbagai Tipe Kembar Siam

arsip kula|Senin, 10 September 2012|01.19
fb tweet g+
Berbagai Tipe Kembar Siam
Pada umunya lokasi pelekatan kembar siam terjadi pada empat anggota tubuh. Pelekatan pada bagian dada dapat mencapai 40%, bagian perut 35%, bagian kepala 12%, dan bagian punggung mencapai 6-10%. Sisanya terjadi pada area-area lain atau kombinasi antara keempat bagian utama tersebut.

a. Thoracopagus. Kedua tubuh bayi bersatu dibagian atas dada (toraks), mulai dari area selangkang (clavicula sampai tulang dada (sternum). Kembar siam tipe ini biasanya memiliki kepala, tangan, dan kaki yang terpisah satu sama lain. Organ jantung dapat mengalami pelekatan maupun tidak. Jika diketahui organ jantung hanya satu, harapan untuk dilakukan pemisahan sangatlah rendah. Kasus kembar siam thoracopagus adalah kasus yang paling umum terjadi dalam sejarah peristiwa kembar siam (35-40%)

b. Omphalopagus. Kedua tubuh bayi melekat di bagian perut atau bawah dada, mulai area tulang dada sampai bagian selangkangan. Sering ditemukan hanya terdapat satu organ lever dan satu paket organ-organ percernaan. Akan tetapi, pada umumnya masing-masing tubuh bayi memiliki satu jantung. Kembar siam tipe ini mencapai kurang lebih 34% dari seluruh kasus.

c. Xiphopagus. Kedua tubuh melekat pada bagian dada, tepatnya pada area yang disebut xiphoid cartilago. Pada umumnya pelekatan yang terjadi hanya dihubungkan oleh tulang rawan (kartilago) dan jaringan lunak. Kembar siam tipe ini biasanya tidak memiliki pelekatan pada organ-organ penting sehingga proses operasi pemisahan yang dilakukan adalah proses yang relatif lebih mudah. Kembar siam ini terjadi hampir 3% dari seluruh kasus yang ada.

d. Ischiopagus. Kedua tubuh bersatu pada bagian panggul (pelvis) dan bagian bawah tulang punggung (sakrum), dengan tulang punggung membentuk sudut 180 derajat satu sama lain. Kembar siam tipe ini biasanya memiliki 3 atau 4 kaki. Jika hanya memiliki 3 kaki, kaki ke-3 pada umumnya tidak berfungsi. Kaki tersebut dapat “dibuang” dengan operasi. Kasus ischiopagus dapat mencapai 19% dari seluruh kembar siam yang ada.

e. Cephalopagus. Kesua bayi bersatu pada bagian kepala dari leher dengan tubuh yang terpisah. Kembar siam jenis ini sangat jarang. Kembar siam ini biasanta tak dapat bertahan hidup karena umumnya memiliki kelainan serius pada bagian otak. Istilah cephalopagus sering disebut juga syncephalus atau janeceps. Istilah janecips diambil dari nama seorang dewa pada zaman Romawi yang memiliki dua wajah.

f. Cephalothoracopagus. Kedua tubuh bersatu pada bagian kepala, leher, dan dada. Lengan dan kaki biasanya terpisah. Kembar siam ini juga jarang terjadi pada umumnya tak dapat bertahan hidup. Dikenal juga dengan istilah epholothoracopagus, prosopothoracopagus atau craniothoracopagus.

g. Craniopagus. Kedua tubuh bersatu pada bagian tulang tengkorak, dengan bagian leher dan tubuh terpisah. Kembar siam tipe ini umumnya memiliki bagian-bagian otak saling berhubungan, begitu pula dengan sirkulasi darahnya. Sehingga usaha pemisahan melalui operasi sangatlah riskan. Craniopagus dibagi lagi menjadi beberpa tipe yaitu vertikal craniopagus (kepala bersatu pada bagian atas membentuk sudut 180 derajat satu sama lain), occipital craniopagus (bersatu pada area kepala bagian belakang), frontal craniopagus (bersatu pada bagian dahi), dan perietal craniopagus (bersatu pada bagian sisi kepala). Kasus ini mencapai 5% dari seluruh kasus kembar siam yang ada.

h. Craniopagus parasiticus. Pada kembar siam ni, salah satu bayi tidak berkembang sempurna. Bagian kepala salah satu bayi tidak berkembang sempurna. Bagian kepala salah satu bayi menempel pada kepla bayi lainnya dan tidak memillki tubuh.

i. Dicephalus. Kembar siam tipe ini memilliki 2 kepala, 1 tubuh dan 2 kali dan 2,3 atau 4 lengan. Jika memiliki dua jantung, kembar siam ini mempunyai harapan untuk hidup yang lebih baik.

j. Pygopagus. Kedua tubuh bayi bersatu pada bagian belakang panggul dan area bagian bawah tulang belakang. Masing-masing bayi memilliki anggota tubuh yang lengkap. Pemisahan melalui operasi pada umumnya berhasil. Risiko yang mungkin muncul adalah terjadinya kelumpuhan saat proses pemisahan bagian saraf tulang belakang kurang berjalan baik.

Sumber: RA Laksmi Priti Manohara/Pikiran Rakyat