Memiliki berat badan ideal, hampir menjadi impian semua orang, terutama kaum hawa. Diet yang ketat dan olah raga secara teratur menjadi alternatif dalam usaha pencapaian berat badan yang ideal. Walaupun kedua hal tersebut memiliki bukti yang cukup signifikan, tahukah anda bahwa pikiran yang positif juga bisa membantu menurutkan berat badan? aspek-aspek di pikiran seperti cara berpikir, juga bertindak, dapat menimbulkan emosi yang ternyata dapat memengaruhi tubuh.
SECARA psikologi, elemen vital dalam upaya menurunkan berat badan adalah mengenali dan kompromi dengan pikiran adna. Sebelum mulai menurutkan berat badan, ubahlah dulu pola pikir (mindset) Anda. Anda harus memiliki motivasi dan optimisme dan harus memiliki pikiran yang positif terhadap tubuh Anda. Berpikir positif membuat kita fokus pada hyal-hal positif sehingga emosi kita akan tenang, perasaan kita pun akan bahagia. Saat keadaan emosi kita tenang dan bahagia, tubuh akan mengeluarkan hormon leptin.
Hormon leptin adalah protein yang ada di dalam sel lemak yang kemudian disirkulasi melalui aliran darah ke seluruh tubuh dan otak. Hormon ini adalah sinyal dari sel lemak kepada otak yang menyatakan mereka siap bekerja. Saat otak menerima sinyal bahwa sel lemak sudah siap dibakar menjadi sumber energi, bagi tubuh, hal tersebut diartikan sebagai waktunya melakukan proses metabolisme.
Dalam keadaan normal, leptin akan membuat tubuh memproduksi energi sesuai kebutuhan tubuh, yaitu lewat asupan makanan sesuai kebutuhan. Saat perut sudah cukup terisi makanan yang dibutuhkan, leptin akan mengirimkan sinyal ke otak untuk menghentikan proses makan. Otomatis badan kita proporsional karena makan sesuai kebutuhan.
Namun, dalam kondisi tidak normal (kondisi khusus), otak justru tidak bisa membaca sinyal apa-apa ketika kadar leptin sudah berlebihan. Situasi ini dinamakan resistensi leptin.
Kondisi resistensi leptin ternyata ditemukan pada bebera orang dengan status obesitas. Jumlah leptinnya banyak, tetapi otak tidak dapat membacanya sebagai tanda berhenti makan. Akibatnya, otak mereka tidak dapat mengendalikan nafsu makan sehingga menimbulkan terjadinya obesitas.
Agar sistem hormonal tubuh kita dapat berjalan sebagaimana mestinya, diperlukan tindakan-tindakan preventif. Karena, tidak ada pil ajaib yang bisa menggantikan kerja alami tubuh. Untuk itu, diperlukan perubahan pola pikir(mindset) untuk selalu berpikir positif agar terlahir kebiasaan-kebiasaan (gaya hidup) yang positif. Seperti, berpikir logika bahwa insulin kita tidak naik, diperlukan tindakan menjauhi/mengatur asupan makanan atau minuman berkadar gula tinggi.
Menjaga agar trigliserida dalam darah tetap normal (hal ini bisa dikonsultasikan pada doktor ahli), sebab trigliserida yang tinggi akan mengacaukan distribusi leptin sampai ke otak. Tindakan positif juga bisa berupa banyak mengomsumsi makanan berserat tinggi, sebab serat adalah bahan baku utama bagi metabolisme tubuh untuk mengirimkan sinyal pada otak bahwa meraka bekerja dalam status cukup energi. Mengatur waktu tidur agar manfaat istirahat bisa diperoleh secara optimal oleh tubuh.
Dengan berpikir dan bertindak positif, bukan hanya hormon leptin yang akan terjaga, hormon-hormon lain pun yang berperan dalam metabolisme tubuh akan terjaga. Dengan demikian, tubuh langsing proporsional otomatis akan kita dapatkan.
Lain halnya jika kita tidak bisa mengendalikan pikiran kita sehingga acapkali berpikir neganif, emosi dan perasaan kita akan tertekan (stres). Saat kondisi stres, tubuh akan mengeluarkan hormon kortisol.
Semakin kita berpikir negatif, semakin stres pikiran dan perasaan kita, semakin meningkat pula kadar hormon kortisol dalamtubuh kita. Dengan kadar kortisol yang tinggi, kita akan sulit berkonsentrasi terhadap sesuatu hal, daya ingat kita menurun. Akibatnya, kita jadi kita sering berbuat salah.
Kortisol juga menghambat upaya npemeliharaan dan perbaikan tubuh sehingga secara tidak langsung kortisol mempercepat proses penuaan (penuaan dini). Kekebalan tubuh pun ikut dipengaruhi, kita jadi mudah terinfeksi. Dan yang paling mengganggu program pelangsingan tubuh yaitu potensi dari kortisol yang mampu menggiring lemak ke daerah perut, pundak dan wajah, serta mempengaruhi proses pembentukan otot.
Itulah sebabnya, mengapa orang-orang gemuk yang rajin berolahraga tetapi tetap “memelihara” pikiran-pikiran negatif, tetap berpenampilan buncit. Hal ini disebabakan olahragayang dilakukan tidak bisa mengubah lemak menjadi otot-otot karena adanya pengaruh kortisol yang menggangu proses-proses pembentukan otot. Ketika banyak kortisol diproduksi, jaringan otot Anda akan rusak, sebab asam amino dari protein otot anda sedang dikonversi menjadi glukosa untuk energi.
Kebiasaan hormon kortisol pun lain dengan hormon pada umumnya, sedangkan hormon yang lain julmahnya akan menururt seiring pertambahan usia, hormon kortisol justru jumlahnya akan naik seiring dengan pertambahan usia. Jadi, betul-betul diperlukan tindakan-tindakan menyiasati timbulnya hormon kortisol secara berlebihan. Siata-siasat ini bisa lahir dari pemikiran-pemikiran yang postif.
Sumber: Y Zakiah A, alumnus FMIPA Unpad/*Pikiran Rakyat* Kamis, 10 April 2014