Wirid Padang Bulan adalah album Emha Ainun Nadjib berikutnya yang saya miliki, setelah album Kado Muhammad - Tombo Ati.
Ini adalah buah pikiran Cak Nun tentang Wirid dan Kerja Keras
Wirid itu tanah, kerja keras itu tanamannya.
Tanah tanpa tanaman itu omong kosong tahayul atau klenik. Manusia yang tidak mengakarkan dan menumbuhkan tanaman di atas tanah, akan hanya menjadi manusia hutan belantara yang hidupnya pada tanaman sunnah (tradisi penciptaan) Allah.
Hidupnya tidak produktif, tidak kreatif, tidak inovatif, dan itu artinya tidak setia kepada daya kerja dan kewajiban menggerakkan kehidupan yang berasal dari Allah.
Tanaman yang ditumbuhkan hanya di pot atau tabung yang memisahkan hubungannya dengan syariat bumi, alias hanya mengeksploitir bumi itu hanya mengambil beberapa jumput tanah untuk ditaruh di dalam pot juga tidak akan menemukan dayaguna maksimal dari potensial alam.
Dengan batas kosmologi pot itu manusia juga jadinya memutuskan huhungan dengan sumber, sehingga tidak akan tercapai pula titik tuju kehidupannya. Ia bersikap a historis terhadap sejarah eksistensi kehidupannya, serta berlaku tidak ilmah terhadap kenyataan hidupnya,
Ia hanya memperoleh sukses yang palsu, kemajuan yang menjebak hari tuanya, produk yang temporer dan tidak sejati, dan akhirnya penyesalan menjelang maut.
Kita tidak ikut memperjuangkan proses kelahiran diri kita, sehingga tanggung jawab kita kepada diri kita sendiri secara alamiah cenderung kalah mendalam dibanding tanggung jawab Bapak kita atas diri kita.
Tapi karena ibu-lah yang lebih menghayati kesengsaraan dalam melahirkan kita, maka tanggung jawab atas hidup kita mendalam dibanding tanggung jawab bapak, dan terlebih lagi dibandingkan dengan kadar tanggung jawab kita atas diri kita sendiri.
Namun demikian tanggung jawab siapapun atas diri kita tidak ada sejumput debu dibanding besarnya, agung dan setianya tanggung jawab Allah atas kehidupan kita. Karena peranNya dalam proses penciptaan dan pelahiran aras kita sama sekali jangan dibandingkan dengan peran Ibu bapak kita.
Allah sangat konsisten setia, mesra dan amat bertanggung jawab terhadap nafkah kita, rejeki kita, kesejahteraan kita, keselamatan dan kebahagiaan kita.
Indahnya tanggung jawab Allah itu akan sangat tampak jelas di mata ilmu kita dan kesadaran batin kita apabila pada pandang yang kita pakai dalam menilai apapun saja yang kita alami ini – berperspektif dunia akhirat, bukan hanya melalui kalkulasi dan atau berskala dunia saja atau akhirat saja.
Wirid yang kita lakukan ini berfungsi dialektis
Pertama, Ia merupakan wujud tanggung jawab kita kepada kemurahan Allah atas kehidupan kita.
Kedua, wirid itu sendiri merupakan salah satu ‘perangsang’ bukti tanggung jawab Allah atas hidup kita.
Semakin kita mewiridkan kekuasaan dan cintaNya disi kerja keras kita setiap hari semakin Allah menunjukkan bukti tanggungjawabnya.
Sesayang-sayang bapak dan handai tolan kepada kita, jangan pernah diperbandingkan melawan rasa sayang Allah kepada kita.
Secinta-cinta Ibu dan sanak famili kepada kita, jangan pernah dikompetisikan melawan kadar cintaNya kepada kita.
Ada perhubungan cinta segitiga antara Allah swt, Rasulullah Muhammad saw dengan kita. Akurasi dan maksimalitasi kabulnya doa kita dan suksesnya kerja keras kita, sesungguhnya minimal berbanding sejajar dengan frekwensi dan kedalaman wirid kita kepada Allah dan Rasulnya, maksimalnya satu wirid menjadi tujuh batang pohon barokah, dimana dari setiap pohon barokah itu terlahir seratus buah pada masing-masingnya.
Saya mengajak anda semua pergi ke sawah lantas mencangkulnya dan menanamnya dengan kemajuan hidup dan bukannya pergi ke sawah untuk duduk bersila dan berwirid dengan harapan tanaman akan tumbuh dengan sendirinya.
Sambil bekerja keras atau disela-sela kerja keras itulah kita berwirid.
Dengan tujuan pertama wirid itu akan merabuki tanaman kita sehingga berbuah barokah, dinamis, investatif, produktif dan menyimpan rejeki-rejeki tak terduga.
Kedua kita sama sekali tidak mampu menjamin bahwa kita akan terus sukses, terus ‘berkuasa’ atau terus ‘punya’ ini itu. Dalam hal itu tradisi wirid akan menghindarkan kita dari keterjerembaban ke titik terendah dari kehidupan alias kondisi faqir. ---- Muhammad Ainun Nadjib ----
PRODUSER : Suhardiman
PRODUSER PELAKSANA: Elix Krisnugroho, Sukanto Putusoma
DESAIN GRAFIS: Jonk
Direkam, MIXING, MASTERING: Blass Studio Yogjakarta
OPERATOR: Felix
PRODUKSI MNF (Mundu Nusantara Film)
Kompleks Ruko Mangga Dua Mall No. 40
Jl. Mangga Dua Raya Jakarta Utara 11043 Phone: (021) 6017823
Foto Cover: Tom Ibnur Foto Kiai Kanjeng B Heroe
VOKAL: Emha Ainun Nadjib, Tri Utami, Haddad Alwi, Fuad Efendi
Novi Budianto: PENATA MUSIK, SARON KEYBOARD, ACCORDION
Bobiet: KEYBOARD, PROGRAMMER
Joko Kamto: DEMUNG, Bayu: Demung, BONANG
Ari Blothong: BIOLA, Budi P: KENDANG SUNDA
Pak Is Mahardhika: SULING BAMBU, Gianto DEMUNG
KOOR: Anis Alwi, Abdullah, Hadad Alwi, Naufal Said, Segar Abdillah, Mustafa, Mustafa, Umar Assegaf, Haydar Yahya, Husain Alwi, Eddot, Joko K, Novi B.
Side A
- Wirid Orang Tertindas (Wirid Madhlumin)
- Wirid Bahagia Padang Bulan (Ya Mannan)
Side B
- Wirid Keselamatan Hidup (Penjagaan Allah)
- Wirid Sapu Jagat (Pengakuan Dosa Abu Nawas)
- Wirid Rejeki Melimpah (Tahu Kekayaan Termahal)
Didalam sampul album ini ada sedikit uraian tentang Wirid Sapu Jagat.
-Doa Sapu Jagat biasanya "Tuhan kami, beri kami kebaikan di dunia dan beri kami kebaikan di akhirat, serta hindarkan kami dari api neraka"
Etika utama manusia kepada Allah yang harus dipenuhi agar mendapatkan kebaikan dunia akhirat adalah mengetahui dan memohon ampun atas segala dosa. Disitulah fungsi sapu jagat.
Saya bukan orang yang kompeten dalam mengulas sesuatu, apalagi yang bersifat religius. Saya hanya ingin mengabarkan bahwa dulu juga ada album religi yang dibalut dengan alat musik tradisional mengisi kazanah musik Indonesia. Tak ada kata usang untuk mengingat dan mencoba memdengarkannya kembali.
salam
Ini adalah buah pikiran Cak Nun tentang Wirid dan Kerja Keras
Wirid itu tanah, kerja keras itu tanamannya.
Tanah tanpa tanaman itu omong kosong tahayul atau klenik. Manusia yang tidak mengakarkan dan menumbuhkan tanaman di atas tanah, akan hanya menjadi manusia hutan belantara yang hidupnya pada tanaman sunnah (tradisi penciptaan) Allah.
Hidupnya tidak produktif, tidak kreatif, tidak inovatif, dan itu artinya tidak setia kepada daya kerja dan kewajiban menggerakkan kehidupan yang berasal dari Allah.
Tanaman yang ditumbuhkan hanya di pot atau tabung yang memisahkan hubungannya dengan syariat bumi, alias hanya mengeksploitir bumi itu hanya mengambil beberapa jumput tanah untuk ditaruh di dalam pot juga tidak akan menemukan dayaguna maksimal dari potensial alam.
Dengan batas kosmologi pot itu manusia juga jadinya memutuskan huhungan dengan sumber, sehingga tidak akan tercapai pula titik tuju kehidupannya. Ia bersikap a historis terhadap sejarah eksistensi kehidupannya, serta berlaku tidak ilmah terhadap kenyataan hidupnya,
Ia hanya memperoleh sukses yang palsu, kemajuan yang menjebak hari tuanya, produk yang temporer dan tidak sejati, dan akhirnya penyesalan menjelang maut.
Kita tidak ikut memperjuangkan proses kelahiran diri kita, sehingga tanggung jawab kita kepada diri kita sendiri secara alamiah cenderung kalah mendalam dibanding tanggung jawab Bapak kita atas diri kita.
Tapi karena ibu-lah yang lebih menghayati kesengsaraan dalam melahirkan kita, maka tanggung jawab atas hidup kita mendalam dibanding tanggung jawab bapak, dan terlebih lagi dibandingkan dengan kadar tanggung jawab kita atas diri kita sendiri.
Namun demikian tanggung jawab siapapun atas diri kita tidak ada sejumput debu dibanding besarnya, agung dan setianya tanggung jawab Allah atas kehidupan kita. Karena peranNya dalam proses penciptaan dan pelahiran aras kita sama sekali jangan dibandingkan dengan peran Ibu bapak kita.
Allah sangat konsisten setia, mesra dan amat bertanggung jawab terhadap nafkah kita, rejeki kita, kesejahteraan kita, keselamatan dan kebahagiaan kita.
Indahnya tanggung jawab Allah itu akan sangat tampak jelas di mata ilmu kita dan kesadaran batin kita apabila pada pandang yang kita pakai dalam menilai apapun saja yang kita alami ini – berperspektif dunia akhirat, bukan hanya melalui kalkulasi dan atau berskala dunia saja atau akhirat saja.
Wirid yang kita lakukan ini berfungsi dialektis
Pertama, Ia merupakan wujud tanggung jawab kita kepada kemurahan Allah atas kehidupan kita.
Kedua, wirid itu sendiri merupakan salah satu ‘perangsang’ bukti tanggung jawab Allah atas hidup kita.
Semakin kita mewiridkan kekuasaan dan cintaNya disi kerja keras kita setiap hari semakin Allah menunjukkan bukti tanggungjawabnya.
Sesayang-sayang bapak dan handai tolan kepada kita, jangan pernah diperbandingkan melawan rasa sayang Allah kepada kita.
Secinta-cinta Ibu dan sanak famili kepada kita, jangan pernah dikompetisikan melawan kadar cintaNya kepada kita.
Ada perhubungan cinta segitiga antara Allah swt, Rasulullah Muhammad saw dengan kita. Akurasi dan maksimalitasi kabulnya doa kita dan suksesnya kerja keras kita, sesungguhnya minimal berbanding sejajar dengan frekwensi dan kedalaman wirid kita kepada Allah dan Rasulnya, maksimalnya satu wirid menjadi tujuh batang pohon barokah, dimana dari setiap pohon barokah itu terlahir seratus buah pada masing-masingnya.
Saya mengajak anda semua pergi ke sawah lantas mencangkulnya dan menanamnya dengan kemajuan hidup dan bukannya pergi ke sawah untuk duduk bersila dan berwirid dengan harapan tanaman akan tumbuh dengan sendirinya.
Sambil bekerja keras atau disela-sela kerja keras itulah kita berwirid.
Dengan tujuan pertama wirid itu akan merabuki tanaman kita sehingga berbuah barokah, dinamis, investatif, produktif dan menyimpan rejeki-rejeki tak terduga.
Kedua kita sama sekali tidak mampu menjamin bahwa kita akan terus sukses, terus ‘berkuasa’ atau terus ‘punya’ ini itu. Dalam hal itu tradisi wirid akan menghindarkan kita dari keterjerembaban ke titik terendah dari kehidupan alias kondisi faqir. ---- Muhammad Ainun Nadjib ----
PRODUSER : Suhardiman
PRODUSER PELAKSANA: Elix Krisnugroho, Sukanto Putusoma
DESAIN GRAFIS: Jonk
Direkam, MIXING, MASTERING: Blass Studio Yogjakarta
OPERATOR: Felix
PRODUKSI MNF (Mundu Nusantara Film)
Kompleks Ruko Mangga Dua Mall No. 40
Jl. Mangga Dua Raya Jakarta Utara 11043 Phone: (021) 6017823
Foto Cover: Tom Ibnur Foto Kiai Kanjeng B Heroe
VOKAL: Emha Ainun Nadjib, Tri Utami, Haddad Alwi, Fuad Efendi
Novi Budianto: PENATA MUSIK, SARON KEYBOARD, ACCORDION
Bobiet: KEYBOARD, PROGRAMMER
Joko Kamto: DEMUNG, Bayu: Demung, BONANG
Ari Blothong: BIOLA, Budi P: KENDANG SUNDA
Pak Is Mahardhika: SULING BAMBU, Gianto DEMUNG
KOOR: Anis Alwi, Abdullah, Hadad Alwi, Naufal Said, Segar Abdillah, Mustafa, Mustafa, Umar Assegaf, Haydar Yahya, Husain Alwi, Eddot, Joko K, Novi B.
Side A
- Wirid Orang Tertindas (Wirid Madhlumin)
- Wirid Bahagia Padang Bulan (Ya Mannan)
Side B
- Wirid Keselamatan Hidup (Penjagaan Allah)
- Wirid Sapu Jagat (Pengakuan Dosa Abu Nawas)
- Wirid Rejeki Melimpah (Tahu Kekayaan Termahal)
Didalam sampul album ini ada sedikit uraian tentang Wirid Sapu Jagat.
-Doa Sapu Jagat biasanya "Tuhan kami, beri kami kebaikan di dunia dan beri kami kebaikan di akhirat, serta hindarkan kami dari api neraka"
Etika utama manusia kepada Allah yang harus dipenuhi agar mendapatkan kebaikan dunia akhirat adalah mengetahui dan memohon ampun atas segala dosa. Disitulah fungsi sapu jagat.
Saya bukan orang yang kompeten dalam mengulas sesuatu, apalagi yang bersifat religius. Saya hanya ingin mengabarkan bahwa dulu juga ada album religi yang dibalut dengan alat musik tradisional mengisi kazanah musik Indonesia. Tak ada kata usang untuk mengingat dan mencoba memdengarkannya kembali.
salam