Zorg, dat als ik terug kom hier een stad is gebouwd (Usahakan, jika aku kembali ke sini, di daerah ini telah dibangun satu kota)” – Herman Willem Daendels, 1810SEMBARI menancapkan tongkat kayu, titah itu mengalir dari mulut Gubernur Jenderal Hindia Belanda Herman Willem Daendels kepada Bupati Bandung RA Wiranatakusumah II, seusai peresmian jembatan Cikapundung pada 25 Mei 1810, Daendels memerintahkan pembangunan kota di sekitar tempat tertancapnya tongkat di sisi De Grote Postweg.
De Grote Posweg adalah Jalan Raya Pos sepanjang 1.000 kilometer yang dikerjakan selama setahun dengan sisitem rodi dan merenggut nyawa sedikitnya 12.000 pribumi. Jalur ini dibuat untuk mengangkut hasil perkebunan dari Anyer ke Panarukan. Salah satu perlintasannya adalah yang kini dikenall dengan ruas jalan Asai-Afrika di Kota Bandung. Menurut Daendels, jika ibu kota Kabupaten Bandung pindah ke sekitar jalan ini, kota akan ramai karena berada di jalur stategis.
Illistrasi: Fian Afandi /*PR* | ||
Lokasi | : | Jln. Asia Afrika No. 79 Kota Bandung |
Penetapan | : | Mei 1810 oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda Herman Willem Daendels |
Peresmian | : | 18 Mei 2004 oleh Gubernur Jawa Barat H Danny Setiawan |
Pada pertengahan abad ke-19, hasil perkebunan Priangan meningkat dan menjadi magnet bagi pendatang luar kota untuk berdagang dan bermalam. Sejalan dengan dinamika keramaian, dibangun struktur gedung pemerintahan, hotel, kafe, pertokoan, transportasi, dan lain sebagainya. Hingga 1906, Kabupaten Bandung menjadi kotamadya Bandung. Tanggal kepindahan ibu kota kabupaten kemudian ditetapkan sebagai Hari Jadi Kota Bandung.
Kilometer Nol yang juga menjadi patokan pengiriman tarif pos kini diabadikan menjadi monumen yang terletak di depan kantor Provinsi Dinas Bina Marga Jawa Barat jalan Asia-Afrika No. 79 Bandung. Tulisan “CLN 18” pada tugu menunjukkan bahwa kota/daerah terdekat ke arah timur adalah Cileunyi, dengan jarak 18 kilometer. Sementara “PDL 18” menunjukkan bahwa kota/daerah terdekat ke arah barat adalah Padalarang dengan jarak 18 kilometer.
Sumber: Putri Khaira Ansuri/Periset *Pikiran Rakyat* Minggu, 23 September 2012