Daftar Satuan Pendidikan (Sekolah) Kec. Conggeang Kab. Sumedang Prov. Jawa Barat

Daftar Satuan Pendidikan (Sekolah) Kec. Conggeang Kab. Sumedang Prov. Jawa Barat
No NPSN Nama Satuan Pendidikan Alamat Desa Status
1 20280467 MAS Asyrofuddin Cipicung Pontren Asyrofuddin Cacaban Swasta
2 60708792 MIS Jambu Jln. Jambu Tegal No. 02 Jambu Swasta
3 20278961 MTsS Al-Mubarok Dusun Hambawang PadaasihSwasta
4 20278962 MTsS Asyrofuddin Conggeang Dusun Cipicung RT 12/RW 03 Conggeang Sumedang Conggeang Wetan Swasta
5 20278963 MTsS Rohmatul Ummah Dusun/Ds.Narimbang - Conggeang Narimbang Swasta
6 20233780 SD Negeri Babakanasem Dusun Ciputat. RT.04/RW.04 Babakanasem Negeri
7 20233795 SD Negeri Cacaban Jln. Sindangsono No. I Ds. Cacaban Cacaban Negeri
8 20233800 SD Negeri Cibapa Dusun Cibapa Cibubuan Negeri
9 20233813 SD Negeri Cibubuan 1 Dusun Lencang Cibubuan Negeri
10 20233814 SD Negeri Cibubuan 2 Dusun Ciaseum RT.12 RW.08 Karanglayung Negeri
11 20233818 SD Negeri Cidempet Dusun Cidempet RT.09 RW.01 Cibeureuyeuh Negeri
12 20233878 SD Negeri Conggeang 1 Jln. Raya Conggeang-Sumedang Conggeang Wetan Negeri
13 20233879 SD Negeri Conggeang 2 Jln. Cibodas No.4 Conggeang Kulon Negeri
14 20233880 SD Negeri Conggeang 4 Jln. Conggeang-Ujungjaya Conggeang Wetan Negeri
15 20233910 SD Negeri Kawungluwuk Dusun Conggeang, RT.01 RW.01 Conggeang Kulon Negeri
16 20233928 SD Negeri Margaasih Dusun Tenjolaut Padaasih Negeri
17 20208820 SD Negeri Margaluyu Dusun Sukaasih Padaasih Negeri
18 20251844 SD Negeri Margamulya Dusun Cibogo RT. 03/07 Padaasih Negeri
19 20233937 SD Negeri Mekarjaya Dusun Bobojong Narimbang Negeri
20 20233945 SD Negeri Narimbang 1Jln. Raya Conggeang-Sumedang No.16 Jambu Negeri
21 20233946 SD Negeri Narimbang 2Dusun Bobojong Narimbang Negeri
22 20235475 SD Negeri Neglasari Dusun Neglasari RT.01/06 Babakan Asem Negeri
23 20208360 SD Negeri Sirahcipelang Dusun Sirahcipelang Cipamekar Negeri
24 20234001 SD Negeri Ungkal Dusun Sukaluyu RT.03 RW.01 Ungkal Negeri
25 20235622 SMAN Conggeang Jln. Raya Conggeang No. 218 Conggeang Sumedang Cibeureuyeuh Negeri
26 20235631 SMKS Ardli Sela Jln. Raya Conggeang-Ujungjaya Conggeang Wetan Swasta
27 20234055 SMP Negeri 1 Conggeang Jln. Rumah Sakit 01 Conggeang Conggeang Wetan Negeri
28 20235598 SMP Negeri 2 Conggeang Jln. Tarumanagara Karanglayung Negeri
29 69727086 SMP Terbuka 1 Conggeang Jln. Rumah Sakit 01 Conggeang Conggeang Wetan Negeri
30 69726027 SMP Terbuka 2 Conggeang Jln. Tarumanagara Karanglayung Negeri
Sumber: referensi.data.kemdikbud.go.id

Balai Perguruan Putri

Van Deventerschool, itulah nama awal dari Balai Perguruan Putri. Sebuah sekolah guru putri atau meisjenormaalschool yang dibangun untuk mengenang jasa Mr. Conrad Theodore van Deventer. Ia adalah orang Belanda, ahli hukum yang memprakarsai politik etis atau politik balas budi Belanda kepada pribumi. Kemunculan politik tersebut memberikan pengaruh terhadap dunia pendidikan di Hindia Belanda dalam wujud berdirinya sekolah-sekolah untuk pribumi. Di Bandung keluarga Van Deventer mendirikan Van Deventerschool, beberapa tahun kemudian van Deventer meninggal. Sekolah itu diresmikan pada 24 Juli 1919 oleh istri Gubernur Jenderal Ny. Gravin van Limburg Stirum Sminia. Saat itu, sekolah guru sangat dibutuhkan. Apalagi, sebelumnya sudah ada Sekolah Keutamaan Istri yang didirikan Raden Dewi Sartika pada 1904 meski dengan sedikit tenaga pengajar.

Balai Perguruan Putri
Illistrasi: Jony/*PR*
Lokasi: Jalan Van Deventer No. 14, Kota Bandung
Fungsi: Sekolah (SMK, SMP, TK), Wisma
Pengelola: Yayasan Balai Perguruan Putri
Luas: 1,6 hektare
Lebih dari 20 tahun, Van Deventerschool atau dahulu dikenal pula Van Deventer Vereeniging Vor West Java telah mencetak guru-guru putri. Calon guru putri sekolah itu berasal dari berbagai daerah, karena Van Deventerschool tak ada di semua wilayah Hindia Belanda. Murid-muridnya pun tak terbatas pada kalangan bangsawan saja. Sayangnya, keadaan itu harus berubah saat pendudukan Jepang pada tahun 1942. Van Deventerschool Bandung harus dibubarkan. Sekolah itu lalu dijadikan markas tentara, sedangkan murid-muridnya terpaksa diungsikan ke Sekolah Guru Putri Yogyakarta. Van Deventerschool harus pindah ke Belanda. Lepas dari cengkeraman Jepang, bangunan sekolah ini sempat digunakan ITB (Institut Teknologi Bandung) dan STO (Sekolah Tinggi Olahraga). Namun, pada 1952, perwakilan dari Belanda menyerahkan Van Deventerschool, termasuk semua kekayaan, bangunan sekolah dan tanahnya kepada sejumlah alumni dan tokoh pendidikan di Jawa Barat. Atas keputusan bersama, nama sekolah ikut berganti pada 1953, yakni menjadi Balai Perguruan Putri (BPP).

Seiring perkembangannya, tak banyak perubahan yang terjadi pada Balai Perguruan Putri. Bangunan itu masih berfungsi sebagai sekolah hingga sekarang. Hanya saja, terdapat tiga tingkatan pendidikan yang menempati kompleks tersebut, yaitu Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Taman Kanak-kanak (TK). Siswa sekolah ini awalnya hanya menerima siswa putri menjadi terbuka untuk siswa putra, karena dahulu sempat hanya memiliki sedikit murid. Namun, yang tak mengalami perubahan adalah pemeliharaan kultur Sunda yang selalu diwariskan kepada siswanya.

Bangunan sekolah itu sebagian besar masih menggunakan bangunan lama peninggalan Belanda. Namun, ada beberapa bangunan baru dan bangunan lama direnovasi. Khusus untuk bangunan lama, tak ada sedikit pun yang diubah secara drastis. Termasuk dalam kompleks tersebut terdapat wisma yang sekarang diberi nama Wisma Van Deventer. Wisma ini terbilang baru meskipun bangunannya menggunakan bangunan lama. Wisma ini diresmikan 11 Desember 2006 oleh istri Danny Setiawan, Gubernur Jawa Barat saat itu. Wisma berkapasitas 150 tamu itu disewakan kepada masyarakat, lalu hasil sewanya digunakan untuk menunjang operasional sekolah

Sumber: Kania DN/Periset *Pikiran Rakyat** Minggu, 29 Juli 2013

Poyok Ungkal di Karnaval Conggeang Tujuhbelasan


“Budaya ini unik. Orang, terutama di luar warga Ungkal, tidak bisa langsung mengerti Poyok Ungkal, diperlukan daya nalar tinggi atau pembiasaan yang cukup lama untuk bisa mengetahui atau mengerti adanya Poyok Ungkal dalam suatu percakapan. Jadi, tidak seperti Heureuy Bandung atau Sisindiran yang bisa lebih mudah dimengerti oleh lawan bicara,“ --Drs Dede Kosasih, Msi.-- (Yeni Endah Pertiwi/*Pikiran Rakyat**)

Mengungkap Syukur Lewat Tarawangsa

JENIS Kesenian rakyat itu masih bertahan. Dimainkan dengan cara digesek, tetapi yang digesek hanya satu dawai yang paling dekat kepada pemain. Sementara dawai yang satunya lagi dimainkan dengan cara dipetik dengan jari telunjuk tangan kiri.

Itulah kesenian tarawangsa yang masih bertahan di Desa/Kecamatan Rancakalong, Kabupaten Sumedang. Tarawangsa ditampilkan, Selasa (26/8/2014), dalam Upacara Adat Ngalaksa Nusantara di daerah wisata Rancakalong.

Mengungkap Syukur Lewat Tarawangsa
ADANG JUKARDI/*PR*
BUPATI Sumedang Ade Irawan (tengah) menari tarawangsa bersama warga saat menghadiri rangkaian Upacara Adat Ngalaksa Nusantara di Desa/Kecamatan Rancakalong, Selasa (26/8/2014). Upacara ini sebagai rasa syukur atas hasil panen.
Selain menampilkan tarawangsa, ditampilkan juga seni rengkong, rampak kendang, angklung, dan reak. Acara adat ini disaksikan ribuan warga. Bupati Sumedang Ade Irawan secara simbolis memukul gong tanda helaran budaya dibuka.

Acara dimulai dengan tampilan rengkong. Tarian rengkong merupakan pikulan yang terbuat dari bambu. Pikulan ini kemudian diberi beban kurang lebih sebesar 25 kilogram padi yang diikat dengan tali ijuk. Jika dibawa, pikulan ini akan menimbulkan suara akibat gesekan antarbatang pikulan dan tali ijuk. Bunyi yang dihasilkan menyerupai rengkong (sejenis angsa).

Dibelakangnya , diikuti angklung dan reak. Masyarakat sangat terhibur dengan gelaran kesenian khas masyarakat adat tersebut. Tarian ini ungkapan rasa syukur atas panen dihasilkan di daerah tersebut.

Acara dilanjutkan pada acara puncak, Upacara Adat Ngalaksa Nusantara. Selain diisi pembacaan sambutan, juga diwarnai acara seren sumeren (penyerahan) seikat padi sebagai simbol kemakmuran dan seikat daun hanjuang lambang kehidupan.

Seren sumeren itu dari Rurukan Rancakalong kepada Rurukan Nagarawangi yang tahun ini menjadi panitia penyelenggara. Hal ini sehubungan dengan Adat Ngalaksa setiap tahunnya dilaksanakan secara bergiliran di lingkungan masyarakat adat yang meliputi lima rurukan tersebut, antara lain Rurukan Rancakalong, Nagarawangi, Cibunar, Pasirbiru, dan Pamekar.

Acara Adat Ngalaksa Nusantara tahun ini yang digelar tujuh hari tujuh malam.

Bupati Ade Irawan, Kepala Dinas Pendidikan Eem Hendrawan, dan Camat Rancakalong, Edi Sumpena didaulat oleh sesepuh adat untuk menari tarawangsa.

Pakaiannya pun khas. Seperti halnya bupati. Sebelum menari, bupati dikenakan samping dan dibalutkan sejumlah selendang dilengkapi keris.

Konon menurut cerita, ketika seseorang sudah menari tarawangsa, ketika mendengar alunan musik tarawangsa dimana pun ia berada, ia akan langsung menari.

Menurut Ketua Rurukan Nagarawangi Oma Sutisna, arti dari Ngalaksa, melaksanakan keuntungan dari hasil panen, baik padi maupun tanaman lainnya. “Upacara Adat ngalaksa ini, sebagai wujud syukur kepada Yang Maha Kuasa, Allah swt, yang telah memberikan berbagai kenikmatan hasil panen yang melimpah,” ujarnya.

Sumber: Adang Jukardi/*Pikiran Rakyat** Rabu, 27 Agustus 2014