Keagungan Jiwa dan Akhlak Rasulullah saw.

Rusulullah saw. adalah gudangnya sifat kesempurnaan yang sulit dicari bandingannya. Allah SWT telah membimbing dan membuatnya maksum, sampai-sampai Allah memuji beliau. “Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (Q.S Al-Qalam [68]: 4)

Sifat-sifat yang sempurna inilah yang membuat jiwa orang-orang merasa dekat dengan beliau, membuat hati mereka mencintai beliau. Menempatkan beliau sebagai panutan dan pimpinan yang menjadi tumpuan harapan. Bahkan, orang-orang yang dulunya bersikap keras terhadap beliau berubah menjadi lemah lembut. Hingga akhirnya mereka masuk ke dalam agama Allah.

Sejarah mencatat, sebelum kenabian (nubuwah) beliau sudah dijuluki Al-Amin (orang yang terpercaya) oleh orang-orang Quraisy waktu itu, karena kejujuran dan kesantunannya, serta tidak pernah berdusta. Ummul-Mukminin Khadijah r.a, istri beliau, menggambarkan, “Beliau membawa bebannya sendiiri, menyantuni orang miskin, menjamu tamu dan menolong siapa pun yang menegakkan kebenaran.” (H.R Bukhari).

Sebelum Islam yaitu pada masa jahiliah, beliau ditunjuk sebagai pengambil keputusan. Orang-orang Quraisy waktu itu sedang merenovasi Kabah. Mereka membagi sudut-sudut Kabah untuk direnovasi oleh kabilah-kabilah (kelompok suku) yang berpengaruh waktu itu. Tatkala pembangunan sudah sampai dibagian Hajar Aswad, mereka saling berselisih tentang siapa, kabilah mana yang berhak mandapat kehormatan untuk meletakkan Hajar Aswad ditempatnya semula. Perselisihan meruncing, bahkan menjurus kepada pertumpahan darah antar kabilah, di Tanah suci.

Abu Umayyah tampil dan menawarkan jalan keluar dari kemelut diantara mereka, dengan menyerahkan urusan ini kepada siapapun yang pertama kali lewat pintu masjid. Mereka menerima usulan ini. Allah SWT, menakdirkan sorang yang berhak tersebut adalah Muhammad, yang pertama kali masuk lewat pintu masjid. Tatkala mengetahui hal ini, orang-orang saling berbicara. “Inilah Al-Amin. Kami rida kepadanya. Inilah dia Muhammad.”

Setelah semua orang berkumpul, Muhammad meminta sehelai selendang. Lalu beliau meletakkan Hajar Aswad di tengah-tengah selendang, lalu meminta pemuka-pemuka kabilah yang berselisih yang berselisih memegang ujung-ujung selendang. Kemudian memerintahkan mereka, secara bersama-sama mengangkatnya. Setelah mendekati tempatnya, beliau mengambil Hajar Aswad dan meletakkannya di tempat semula. Inilah peristiwa yang sangat fundamental menjelang kenabian beliau.

Selang beberapa waktu kemudian, turun perintah melaksankan dakwah dari Allah SWT kepada Nabi Muhammad saw., mulailah tugas kenabian. Beliau langsung mendapat berbagai perintah, sebagaimana firman-Nya (Q.S Al-Mudastsir [74]:1-7). Hal-hal yang terangkum dalam ayat-ayat ini meliputi 1) tauhid, keesaan Allah, tiada Tuhan selain Allah, 2) iman kepada hari akhirat, 3) membersihkan jiwa dengan menjauhi kemungkaran dan kekejian, 4) memnyerahkan semua urusan kepada Allah, 5) semua itu dilakukan setelah beriman kepada risalah Muhammad, bernaung di bawah kepemimpinan dan bimbingan beliau yang lurus.

Oleh karena itu, Rasulullah saw., bangkit dan setelah itu selama 25 tahun beliau tidak pernah istirahat dan diam. Tidak hidup untuk diri sendiri dan keluarga beliau. Beliau bangkit dan senantiasa bangkit untuk berdakwah, memanggul beban yang sangat berat dipundaknya. Tidak mengeluh dalam melaksanakan beban amanat yang bersar di muka bumi ini, memilkul beban kehidupan manusia, beban akidah, perjuangan dan jihad di berbagai medan. Karakteristik yang paling menonjol dari diri Rasulullah saw., adalah memiliki keberanian, patriotisme, dan kekuatan yang sulit diukur. Beliau adalah orang yang paling tegar dan tidak bisa diusik, terus maju dan tidak mundur, serta tidak gentar. Ali r.a. berkata, “jika kami sedang dikepung ketakutan dan bahaya maka kami berlindung kepada rasulullah saw. tak seorangpun yang lebih dekat jaraknya dengan musuh selain beliau.”

Rasulullah adalah orang yang paling adil, paling mampu menahan diri, paling jujur perkataannya, dan paling besar amanatnya. Orang yang mendebat bahkan musuh beliau pun mengakui hali ini. Karakter lainnya dari Nabi saw. adalah orang yang paling tawadu (merendahkan diri) dan paling jauh dari sifat sombong. Beliau yang paling aktif memenuhi janji, menyambung silaturahmi, paling menyanyangi, dan bersikap lembut terhadap orang lain. Paling bagus pergaulannya dan akhalknya. Tidak membalas keburukan dengan keburukan serupa, tetapi memaafkan dan lapang dada. Mencintai orang miskin dan suka duduk-duduk bersama mereka, menghadiri jenazah mereka. Beliau adalah pemurah hati dan kedermawanan beliau sulit digambarkan.

Ibnu Abbas berkata. “Nabi saw. adalah orang yang paling murah hati. Terlebih pada bulan Ramadan. Beliau benar-benear lebih murah hati untuk hal-hal yang baik daripa angin yang berhembus.” Jabir juga berkata. “Tidak pernah beliau diminta sesuatu, lalu menjawab tidak,” (H.R Bukhari). Nabi saw. pun adalah seorang yang paling malu dan suka menundukan mata. Abu Sa’id Al-Khudry berkata, “Beliau adalah orang yang lebih pemalu dari gadis pingitan. Jika tidak menyukai sesuatu maka bisa diketahui dari raut wajahnya.” (H.R Bukhari).

Beliau selalu menahan lidahnya, kecuali untuk hal-hal yang dibutuhkan, mempersatukan para sahabat dan tidak memecah belah mereka. Beliau tidak duduk dan tidak bangkit kecualli dengan zikir. Sifat-sifat di atas hanya sebagian kecil dari gambaran kesempurnaan dan keagungan sifat-sifat beliau. Rasulullah saw. adalah hamba pilihan Allah, yang senantiasa dibimbing wahyu dan dimaksum, serta mendapat cahaya Rabb-Nya, sehingga akhlaknya pun Alquran.

Sumber: H. Eddy Sopandi, peserta majelis taklim di beberapa masjid, antara lain Al-Furqon UPI, Istiqomah, Viaduct, Salman ITB. /”PR”

Minum Obat dengan Susu, Efektifkah?

susu vs obat
Berita adanya sejumlah produk susu formula dan makanan bayi yang tercemari bakteri Enterobacter sakazakii, telah membuat cemas masyarakat luas terutama kaum ibu. Kecemasan kaum ibu tersebut dapat dimaklumi, karena hampir sebagian besar anak usia balita sangat menyukai susu. Bahkan beberapa anak di antaranya, ada yang tetap menginginkan minum susu pada saat ia harus minum obat karena sakit. Namun, terlepas dari masalah susu yang tercemar tersebut, akan efektifkah kerja obat yang diminum dengan susu? Tidakkah susu akan menetralkan zat-zat yang dikandung obat tersebut?

Secara umum, kandungan susu baik susu formula maupun susu cair UHT, adalah air, lemak, karbohidrat, zat-zat mineral (kalsium, kalium.dan lain sebagainya), serta protein yang tersusun olehasam-asam amino.S truktur kimia asam amino ini umumnya memiliki gugus karboksilat (COOHiC Karbon, O Oksigen, dan H Hidrogen) yang bersifat asam, dan gugus amina (NHx; N Nitrogen) yang bersifat basa.

Jika gugus yang terkandung dalam susu ini bertemu dengan unsur-unsur dalam obat yang juga memiliki sifat asam atau basa, besar kemungkinan antara susu dan obat tersebut akan terjadi reaksi pene-tralan asam basa, yang mengakibatkan berkurangnya kadar (khasiat) obat. Hal ini dapat digambarkan pada pemakaian aspirin yang diminum dengan susu.

Aspirin atau asam salisilat atau ada juga yang menyebutnya asetosal, adalah sejenis obat turunan dari salisilat, yang pemakaiannya cukup luas, memiliki, efek antikoagulan, terkadang digunakan juga dalam dosis rendah dalam tempo yang lama untuk mencegah serangan jantung. Aspirin ini sering digunakan sebagai senyawa analgesik (penahan rasa sakit/nyeri minor), antipiretik (terhadap demam), dan antiiriflamasi (peradangan), atau beberapa kalangan menggolongkannya dalam golongan NSAID (Non Steroidal Anti Inflammatory Drug).

Obat-obatan golongan NSAID, merupakan obat pembunuh rasa sakit yang bekerja dengan cara menghambat terbentuknya prostaglandin. Prostaglandin adalah zat yang selalu ada dalam sel tubuh, bekerja sebagai zat yang menyebabkan peradangan dan rasa sakit, namun di sisi lain, juga membantu terbentuknya selaput mukosa lambung. Dengan terhambatnya prostaglandin oleh aspirin, rasa sakit dan infeksi pun akan hilang, tetapi pada saat yang bersamaan, lambung pun menjadi rentan terhadap iritasi, karena selaput mukosanya berkurang.

Oleh karena itu, umumnya obat-obatan golongan NSAID diresepkan untuk diminum sekurang-kurangnya 30 menit setelah makan. Hal ini dimaksudkan supaya yang masuk ke lambung terlebih dulu adalah makanan, untuk melindungi dinding lambung agar tidak terjadi iritasi. Dengan adanya kenyataan tersebut, beberapa kalangan berpendapat, obat-obatan golongan NSAID yang bersifat lypophylic (mudah larut dalam lemak), boleh diminum bersamaan dengan susu, dengan alasan susu tersebut akan lebih dulu melindungi dinding lambung. Padahal, tindakan tersebut memungkinkan akan timbulnya reaksi penetralan asam-basa antara susu dan aspirin.

Struktur kimia aspirin, terlihat dari sifat asam salisilatnya, memiliki gugus karboksilat. Jika aspirin diminum dengan susu, maka gugus karboksilatnya akan bereaksi degan gugus amina dalam susu, menimbulkan reaksi penetralan asam-basa, sehingga otomatis kadar aspirinnya yang aktif/bebas akan berkurang, karena terambil sebagian dalam reaksi penetralan asam-basa. Sehingga khasiatnya pun tentu saja akan berkurang.

Demikian pula halnya dengan beberapa golongan obat yang mengandung unsur logam. Jika obat ini diminum dengan susu, maka kalsium pada susu akan membentuk ikatan-ikatan kompleks yang kuat (khelat) dengan unsur logam yang terkandung dalam obat tersebut. Akibatnya unsur yang aktif/bebas dari obat tersebut hanya tersisa sebagian, sehingga khasiat obat pun akan berkurang.

Untuk beberapa obat yang tergolong antibiotik seperti antibiotik golongan tetrasik-lin dan turunannya (dokisiklin, oksitetrasiklin, minosiklin), dan beberapa golongan fluorchinolone (Ciprofloxacin dan Norfloxacin), jika diminum dengan susu, besar kemungkinan kalsium dari susu akan membentuk ikatan kalsium-tetrasiklin. Ikatan ini berupagumpalan atau endapan berwarna kuning. Ukuran gumpalan yang terbentuk ini bisa jadi cukup besar, sulit untuk melewati dinding usus. Akibatnya, antibiotik tersebut bukannya masuk ke dalam aliran darah, melainkan akkn dicerna oleh usus. Hal ini menyebabkan berkurangnya efek pengobatan oleh antibiotik tersebut, sehingga kuman ditubuh tidak mati, malah sebaliknya, akan tercipta kondisi kuman yang resistan. Namun sebenarnya tidak semua obat jika diminum dengan susu akan jadi tidak efektif. Ada beberapa golongan antibiotik dan obat-obatan tertentu yang tidak menimbulkan masalah jika diminum dengan susu.

Namun, terkadang nama dagang yang digunakan pihak produsen obat cukup membingungkan konsumen. Konsumen umumnya tidak mengerti akan perbedaan nama kimia dengan nama dagang suatu obat, sehingga mereka akan ragu menentukan mana obat-obatan yang akan tetap efektif jika diminum dengan susu.

Oleh karena itu, untuk menghindari terjadinya ketidakefektifan suatu obat, sebaiknya obat diminum dengan air putih saja. Air putih cukup efektif dalam melarutkan obat, tetapi tidak ikut bereaksi dengan obat tersebut, sehingga tidak mengganggu kadar/khasiat dari obat-obatan tersebut.----

Sumber: Y. Zakiah A., alumnus FMIPA Unpad,/"Pikiran Rakyat"

Propolis Obat Kanker Alamiah

PROPOLIS atau lem lebah adalah suatu zat yang dihasilkan oleh lebah madu. Dikumpulkan oleh lebah dari pucuk daun-daun yang muda untuk kemudian dicampur dengan air liurnya, digunakan untuk menambal dan mensterilkan sarang. Propolis bersifat disinfektan (antibakteri) yang membunuh semua kuman yang masuk ke sarang lebah.

Lebah meliputi sarangnya dengan propolis untuk melindungi semua yang ada didalam sarang tersebut dari serbuan kuman, virus atau bakteri. Antara lain melindungi ratu lebah, telur, bayi lebah, dan madu. Sifat disinfektan alami yang terkandung dalam propolis sangat ampuh dalam membunuh kuman.

Lebah dipelihara dalam kotak (sarang), propolis lebah lalu dikikis menggunakan alat khas atau kertas khusus. Selanjutnya dipanaskan hingga 60-70°C untuk mencairkannya lalu menyaringkan lilin lebah dan kotoran lain sebelum menjadi water base. Warna propolis beragam meski pada umumnya cokelat gelap. Namun kadang-kadang ditemukan juga propolis berwarna hijau, merah, hitam, bahkan putih tergantung dari sumber resin. Produksi propolis relative kecil, 20 gram setahun dari 200.000 lebah. Karena warnanya yang cenderung gelap itulah banyak peternak lebah menganggap propolis sebagai kotoran.

Apalagi para peternak itu juga belum mengetahui khasiat propolis. Oleh karena itu, mereka justru membuang propolis dari sarang karena menganggap kotoran. Padahal untuk memanen propolis relatif mudah. Peternak tinggal mengerok secara hati-hati dan mengekstraknya. Nah, karena jarang dilirik peternak, penggunaan propolis untuk kesehatan kalah popular ketimbang produk lebah lainya seperti madu dan royal jeli. Peternak lebah di Amerika Serikat juga mengangap propolis sebagai bahan pengganggu. Propolis melekat di tangan, pakaian, dan sepatu ketika cuaca panas serta berubah keras dan berkerak ketika dingin.

Baru pada akhir 1990-an propolis dilirik sebagai bahan berkhasiat ketika Jepang meriset lem lebah untuk kesehatan. Takagi Y. dari Sekolah Kesehatan Universitas Suzuka membuktikan keampuhan propolis meningkatkan system imunitas tubuh. Riset lain dari University of Japan membuktikan propolis mengurangi resiko sakit gigi. Dari pembuktian ilmiah itulah penggunaan proplis sohor di Jepang. Lembaga Riset Kanker Columbia (1991) menyatakan, dalam propolis terdapat zat CAPE yang berfungsi mematikan sel kanker. Pemakaian za CAPE secara teratur selama enam bulan dapat mereduksi kanker sebanyak 50 persen.

Berdasarkan riset yang dilakukan di Laboratorium Pengujian dan Penelitian Terpadu (LPT) UGM, produk propolis yang diteliti dapat menghambat sel kanker HeLa (sel kanker serviks), Siha (sel kanker uterus), serta T47D dan MCF7 (sel kanker payudara) dengan nilai IC50 berkisar 20-41 µg/ml. Artinya, propolis dosis 20-41 µg/ml dapat menghambat aktivitas 50 prosen sel kanker dalam kultur.

Sejalan dengan penelitian dr. Woro Pratiwi, M.Kes,Sp.P.D., dari Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (FK UGM). Propolis yang diberikan selama satu bulan memiliki efek antikanker dalam organisme hidup. Itu ditunjukkan dengan menurunnya jumlah nodul atau tonjolan tumor dan menurunnya aktivitas proliferasi (penggandaan) sel tumor kelenjar payudara pada mencit. Namun, efeknya masih lebih rendah dibandingkan dengan pada mencit yang diberi obat kanker standar, doksorubisin.
Polifenol dan Flavonoid, sebagian senyawa yang terkandung dalam propolis, kemungkinan berperan menghambat proliferasi sel kanker. Menurut Dr. Edy Meiyanto dari Fakultas Farmasi UGM, flavonoid biasanya mempunyai struktur khas yang mampu menghambat protein kinase yang digunkan untuk proliferasi sel. Jika protein kinase ini dihambat, proses fisiologi sel pun terhambat sehingga sel melakukan apoptosis alias membuat program bunuh diri.

Menurut Prof. Dr. Mustofa , M.Kes., Apt. dari Bagian Farmakologi dan Toksikologi FK UGM, senyawa golongan flavonoid dan polifenol yang ada dalam propolis juga memiliki efek antioksidan dan antitrombositopenia.

Riset membuktikan propolis aman meski dikonsumsi dalam jangka panjang. Menurut Dra. Mulyati Sarto, Msi. Dari LPT UGM, toksisitas propolis sangat rendah, mencit yang diberi propolis tiap hari selama satu bulan dengan dosis normal, fungsi dan kondisi organ tubuhnya tetap bagus serta tidak bermasalah. Dosis normal yang dimaksud setara satu sendok makan propolis dilarutkan dalam 50 ml air untuk konsumsi manusia. Propolis baru menyebkan kematian separuh jumlah hewan uji pada dosis diatas 10.000 mg/kg bobot badan. Jika dikonversikan ke orang berbobot 60 kilogram, dosis itu setara konsumsi 0.6 kilogram propolis setiap hari.

Sumber : Nurwulan Ramadhani, Mahasiswi Jurusan Teknologi Industri Pangan Universitas Padjadjaran Bandung./”Pikiran Rakyat”

Sekilas Tentang Tutunggulan

Sekilas Tentang Tutunggulan
Seni tradisional yang berkultur masyarakat agraris, diantaranya yaitu seni tutunggulan. Seni tunggualan masih bertahan keberadaanya di Desa Cacaban Kecamatan Conggeang Kabupaten Sumedang. Alat yang digunakan dalam seni tutunggulan adalah halu (alu) dan lisung (lesung).

Kata tutunggulan, berasal dari kata nutu (menumbuk). Nutu itu sendiri adalah kegiatan atau pekerjaan menumbuk gabah kering hingga menjadi beras, atau dari beras menjadi tepung. Nutu biasanya dikerjakan oleh ibu-ibu antara empat sampai enam orang dan ayunan halu yang saling bergantian mengenai bagian lisung sehingga menimbulkan suara/bunyi. Dan itu menjadi bagian hiburan ibu-ibu untuk menghilangkan rasa lelah selama nutu.

Sebelum tutunggulan berkembang menjadi sebuah kesenian, Tutunggulan digunakan sebagai alat untuk memanggil warga supaya menghadiri acara pertemuan di kampung tersebut. Tutunggulan juga dimainkan jika terjadi samagaha (gerhana) bulan atau matahari.

Dari kebiasaan itulah, akhirnya muncul seni tutunggulan, hanya saja ketika dimainkan tidak menumbuk padi tetapi langsung menumbukkan halu-nya ke lisung. Dari ayunan halu itu menghasilkan suara-suara sesuai dengan keinginan yang memainkannya.

Mengenal Jam Sunda (Orang Sunda memiliki 24 jam yang saat ini hampir dilupakan)

Jam sunda bukanlah jam seperti biasanya, pada saat saya mendengar “jam sunda” ini yang saya bayangkan jam seperti biasanya lalu membentuk ornamen-ornamen budaya sunda. Ternyata dugaan saya salah, jam sunda yang dimaksud bukan jam yang seperti biasanya, yang ada angka-angkanya, tetapi jam ini memiliki keunikan tersendiri yaitu memakai kata-kata, bukan memakai angka-angka.

Kata-kata ini menggambarkan suasana sekitar pada jam tersebut di jaman dahulu kala. Seperti misalnya jam 12.00 berarti disebut Tangage, lalu jam 04.00 berarti jam “kongkorongok hayam” yang berarti pada jam ini ayam berkokok di waktu ini.

Berikut nama-nama waktu jam sunda
jam 12.00 = tangage,
jam 13.00 = lingsir (panon poe lirgsir ngulon),
jam 14.00 = kalangkang satangtung,
jam 15.00 = mengok,
jam 16.00 = tunggak gunung (pononpoe tunggak gunung),
jam 17.00 = sariak luyung,
jam 17.30 = sareupna,
jam 19.00 = hariem beungeut,
jam 20.00 = sareureuh budak,
jam 21.00 = tumoke,
jam 22.00 = sareureuh kolot,
jam 23.00 = indung peuting,
jam 00.00 = tengah peuting,
jam 01.00 = tumorek,
jam 02.00 = janari leutik,
jam 03.00 = janari gede,
jam 04.00 = kongkorongok hayam,
jam 05.00 = balebat,
jam 06.00 = carangcang tihang,
jam 07.00 = meletek panonpoe,
jam 08.00 = ngaluluh taneuh,
jam 09.00 = haneut moyan,
jam 10.00 = rumangsang,
jam 11.00 = pecat sawed.

Selain itu juga, pemberian waktu di dalam bahasa sunda tidak seperti biasanya seperti pagi, siang, sore malam. pukul 10.00 sampai dengan pukul 14.00 disebut beurang, pukul 15.00 sampai dengan 16.00 disebut sore, pukul 17.00 sampai dengan pukul 19.00 disebut Burit, pukul 20.00 sampai dengan pukul 00.00 disebut peuting, pukul 01.00 sampai dengan pukul 03.00 disebut janari, pukul 04.00 sampai dengan pukul 05.00 disebut subuh-subuh, pukul 06.00 sampai dengan pukul 09.00 disebut isuk-isuk.

Namun setelah islam masuk, nama-nama waktu disesuaikan dengan waktu shalat seperti Shubuh-shubuh, Lohor, Ashar, Maghrib, Isya. Bukan lagi sore, beurang, peuting, janari dan isuk-isuk.

Bagaimana jika jam ini dibentuk seperti jam asli, tetapi memakai kata-kata ini, bukan angka seperti biasanya?
Silahkan anda bayangkan sendiri. (PR 2009)

Sumber, [sumedangonline.com]

Poyok Ungkal Layak Jadi Pertunjukan Hiburan

Kebiasaan masyarakat Ungkal, Kec. Conggeang, Kab. Sumedang yang suka popoyok (nyindir) terhadap kaum pendatang telah dianggap budaya. Karena itu, sudah sepantasnya poyok ungkal dikembangkan menjadi pertunjukan hiburan.

"Seperti berbalas pantun, itu 'kan tradisi masyarakt Melayu yang telah menjadi sebuah hiburan. Kenapa tidak poyok ungkal juga dikemas untuk jadi pertunjukan, tidak sekadar cemoohan untuk masyarakat Ungkal saja," cetus pemerhati budaya Wahyu Margana ketika ditemui di Desa Cikeruh, Kec. Jatinangor, Kab. Sumedang, Sabtu (16/10).

Untuk merealisasikan hal tersebut, Wahyu akan melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait baik pemerintah daerah, masyarakat Ungkal hingga para pendidik di sekolah-sekolah agar mereka mengapreasiasi kebudayaan tersebut.

"Kalau kita kemas dalam sebuah pertunjukan di sekolah tentu akan menghibur. Manfaat lainnya juga untuk melatih siswa dalam berkomunikasi serta kreatif mencari kalimat cemooh yang cepat dan tepat untuk disampaikan," usulnya lagi.

Ia menjelaskan, poyok ungkal merupakan kebiasan mencemooh orang luar atau tamu dari penampilan maupun secara fisik. Kata-kata cemoohan itu tanpa memandang pekerjaan, tempat, dan waktu.

"Poyok ungkal diucapkan setelah mereka melihat bentuk fisik, perlengkapan, atau perilaku yang menurut mereka menarik untuk dicemooh dengan tujuan iseng. Faktor fisik merupakan faktor yang paling banyak dijadikan bahan cemoohan," kata Wahyu.

Kalimat cemoohan menggunakan gaya bahasa metafora dengan tujuan menyindir (ironi). Konsep penciptaan poyok ungkal umumnya diambil dari lingkungan yang mereka kenal, seperti hewan ternak, hama, palawija, dan perlengkapan pertanian.

Pesan sesungguhnya dalam poyok ungkal, lanjut Wahyu, sengaja disamarkan dengan metafora sehingga sebagian besar komunikan tidak atau terlambat memahaminya. "Misalnya 'Cabe di kebon geus arasak yeuh', itu untuk menyindir orang yang pakai baju merah menyala. Atau 'Eta buruan meni geus barala, cik atuh geura sapuan', sindiran bagi orang yang berjanggut tebal. Ada juga yang moyok cara berbusana seseorang. Seperti 'Usum hujan mah oray di sawah teh barijil nya'. Nah, itu kalimat sindiran bagi mereka yang berdasi," katanya.

Meski dicemooh, sambung Wahyu, orang yang jadi bahan cemoohan tidak tersinggung. "Karena dia tidak tahu ucapan itu ditujukan untuk siapa. Lagi pula poyokan itu hanya dimengerti oleh sesama masyarakat Ungkal. Orang lain pasti hanya senyum-senyum tanda tidak mengerti atau diam sama sekali lantaran tidak paham apa yang dikatakan," paparnya.

Ditambahkan, kegagalan komunikasi (noise) ini memang sengaja dan ciri dari poyok ungkal. "Poyok ungkal merupakan warisan budaya yang dikuasai penduduk Ungkal secara alami dari pergaulan hidup sehari-hari di desanya. Penduduk Ungkal belum pernah menggunakan kata-kata cemooh dalam bahasa Indonesia dan mengaku akan mengalami kesulitan bila bercemooh dalam bahasa Indonesia," ujarnya. (B.48)**


Ssumber: http://www.klik-galamedia.com/

Seni Buhun “Beluk”

Lengking suara-suara ini menjadi suatu harmoni tersendiri. Mengalun dan meliuk-liuk bak irama angin yang menari di atas ombak beiringan susul-menysul dari mula nada rendah hingga nada tinggi sekali. Seni buhunbeluk”. Para leluhur menamai kesenian tradisonal tersebut sesuai dengan alunannya yang meliuk.

Menurut sejarahnya, kesenian atau seni beluk yang ditampilkan merupakan jenis kesenian yang berbasis tradisi bertani yang mengandalkan pada kekuatan vokal tanpa waditra (instrument), banyak terdapat di beberapa daerah pertanian di Jawa Barat.

Beluk merupakan sarana hiburan masyarakat pedesaan. Hal ini bermula dari kebiasaan masyarakat peladang yang lokasi mereka berjauhan dari satu tempat ke tempat lainnya sehingga untuk mengadakan komunikasi diperlukan suara yang keras yang mempunyai pola tinggal menetap tetapi saling berjauhan.

Selain itu, beluk juga berawal ketika mesyarakat yang bepergian melewati hutan sendirian. Untuk mengusir rasa sepi, melakukan teriakan-teriakan untuk memberi tahu kalau ada orang lain di hutan tersebut.

Keberadaan beluk sebenarnya sudah sejak dahulu, yaitu sejak masa penjajahan Belanda. Beluk pada hakikatnya merupakan kesenian tembang buhun (kuno) yang lebih mengutamakan tinggi rendahnya suara. Syair yang dilantunkan adalah jenis wawacan (carita babad) yang dibawakan seperti dijumpai dalam beberapa pupuh mulai dari pembukaan sampai pada penutupan seperti pupuh kinanti, asmarandana, pucung, dangdanggula, balakbak, magatru, mijil, dan ladrang.

Pengiring lainnya biasanya wawacan, adapun jenis wawacan yang disampaikan juru beluk bergantung pada yang diikuasainya seperti wawacan ogin, rengganis, babar nabi, barjah, amungsari, jayalalana, natakusuma, lutung kasarung, mahabarata, dan ciung wanara.

Beluk biasanya dilakukan oleh lima orang. Cara penyajiannya pun tergolong unik karena seni beluk hanyalah mengutamakan kemampuan suara juru ilo atau tukang ngilo adalah pembaca syair wawacan tanpa dinyanyikan (naratif) dalam tempo sedang, dengan artikulasi yang jelas. Dibaca per-padalisan (garis). Tukang ngajual fungsinya yaitu menyajikan syair yang dibacakan oleh tukang ngilo sesuai dengan pupuh-nya, tetapi cara menyajikannya tanpa ornamen. Tukang meuli, tugasnya adalah melanjutkan lagu yang disajikan oleh tukang ngajual dengan dilengkapi ornamen-ornamennya. Tukang naekeun, tugasnya adalah melanjutkan sajian tukang meuli dengan menggunakan nada yang melengking tinggi dan meliuk-liuk dengan artikulasi yang tidak jelas, dilengkapi ornamentasi yang sangan dominan.

Peranan para menyaji dilakukan secara bergiliran. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga kondisi fisik dan suara agar tetap fit. Karena penyajian seni beluk pada waktu malam hari dan biasanya dilakukan sampai akhir cerita wawacan. Beluk dan wawacan akhirnya sangat berkaitan erat.

Bentuk dan kontur lagu yang cenderung menggunakan nada tinggi, mengalun, dan meliuk-liuk. Dari kata “nada tinggi” sudah mencerminkan bahwa kesenian beluk ini tidak lazim dikumandangankan diruangan, tetapi di alam bebas. Seiring perkembangannya beluk terdengar di rumah-rumah penduduk. Ini terkait dengan pengaruh wawacan atau membacaan kitab kuno yang  dinyanyikan untuk ritual tertentu, misalnya ritual kelahiran bayi, acara hajatan, dan sunatan. Secara evolutif, beluk dan wawacan telah bersanding dalam sajian musik vokal. (Sumber: Erwin R. Widiagiri/”Kabar Priangan”. PR)